Tuesday, May 13, 2008

Tobat

BETAPA pun Rasulullah saw sudah menjanjikan bahwa satu kebaikan akan dilipatgandakan balasannya menjadi sepuluh kali lipat dan satu kesalahan hanya dicatat satu. Tapi, kalau kita mau jujur, hari-hari yang kita jalani membuat dosa kita lebih banyak dari pada ganjaran yang harus kita raih. Padahal detik demi detik berlalu, usia kita semakin berkurang, sedang dosa kian membumbung tinggi.

Allah Maha pemurah, Dia menyiapkan fasilitas taubat dan dengannya akan dihabiskan seluruh dosa-dosa sekiranya kita bertaubat dengan taubatan nasuha (taubat yang sebenar-benarnya). Perintah untuk bersegera dalam bertaubat telah Allah jelaskan dalam firman-Nya, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Demikian pula Rasulullah menuntun umatnya untuk bertaubat, "Takutlah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan susulilah keburukan dengan perbuatan kebaikan, pasti akan menghapusnya".


Kian hari jatah hidup kita kian sedikit, mau tidak mau umur kita semakin habis. Tapi kalau mau jujur, dosa kita kian banyak. Kita bukan malaikat, pasti ada peluang tergelincir. Tapi, insya Allah kita juga bukan setan, peluang untuk selamat juga sangat besar. Oleh karena itu, jangan takut oleh dosa besar yang sudah terjadi, jikalau disertai dengan taubat. Karena, tidak ada dosa besar kecuali orang yang telanjur berburuk sangka pada ampunan Allah. Dosa sebesar gunung, ampunan Allah bisa seluas langit dan bumi. Barang siapa yang merasa berlumur dan bergelimang maksiat, maka ampunan Allah lebih besar lagi. Justru orang yang tidak mau taubat itu yang jadi masalah. Namun jangan menganggap remeh dosa-dosa kecil, karena tidak ada yang kecil bagi Allah. Semua perbuatan akan diperhitungkan.

Ampunan Allah itu benar-benar memesona. Maka, taubat nasuha merupakan sebuah indikasi bahwa kita benar-benar telah taubat. Seperti apa taubat nasuha itu? Rasulullah saw saja setiap hari minimal 100 kali beristigfar memohon ampunan, padahal beliau dipelihara dari dosa dan dijamin akan masuk surga.

Ada tiga langkah dalam mengupayakan taubat nasuha ini. Pertama, kita harus belajar menyesali perbuatan kita. Tidak termasuk orang yang bertaubat yang merasa bangga dengan kebusukan masa lalunya. Jangan sampai kita berpikir untuk mengulanginya lagi. Nah, kita harus berpikir, mengapa hidup ini harus kita sia-siakan? Mengapa mata ini berlumur dosa? Mengapa tubuh saya bergelimang maksiat? Rasa sakit, perih penyesalan, itulah tanda-tanda kualitas taubat.

Kedua, secara eksplisit kita memohon ampunan. Bisa misalnya dengan doa Robbanaa zholamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamna lanakuunannaa minal khoosiriin. (Ya Allah, saya sudah zalim pada diri ini. Kalau Engkau tidak ampuni, maka celakalah saya). Taubat harus disertai dengan cara eksplisit yaitu atau dengan doa taubat seperti Nabi Yunus a.s., laa ilaaha illaa anta, subhaanaka innii kuntu minazhzhaalimiin. Berdoa memohon ampunan Allah bisa menggunakan bahasa apa saja asalkan tulus.

Dan yang ketiga adalah keinginan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa lagi. Bukan hanya tidak mengulanginya lagi, niat untuk mengulanginya juga harus tidak ada. Jangan sampai kita bertaubat, tapi kita juga punya rencana untuk mengulanginya lagi. Dan seperti yang diungkapkan oleh hadits Rasulullah saw, bahwa salah satu komponen kesempurnaan taubat adalah melanjutkannya dengan berbuat kebaikan. Kalau dulu kita pernah mengambil uang secara kurang halal, selain kita harus membersihkan diri, kita juga harus mengembalikannya pada yang berhak, dan perbanyaklah shadaqah. Kalau pernah merasa mabuk, minum minuman yang haram, makan makanan haram, selain dengan taubat, banyak-banyaklah sedekah. Kalau kita pernah menyakiti seseorang, selain kita perlu minta maaf, perbanyaklah menolong orang, doakan kebaikan, dan hati-hatilah agar tidak menyakiti lagi.

Sebusuk-busuk dosa adalah justru orang yang tidak mau bertaubat. Hati-hati, orang yang baik itu adalah orang yang merasa berlumur dosa, dibanding merasa jadi orang yang saleh. Jangan meremehkan preman yang bertaubat, karena siapa tahu taubatnya lebih bagus daripada taubat kita yang merasa sudah banyak amal. Kalau ada seorang yang menjerit dalam hati memohon ampunan kepada Allah, berderai air mata, karena dia berlumur dosa, jangan kita remehkan, siapa tahu taubatnya itu selain diampuni, juga menghabiskan dosa-dosanya yang lain.

Kita bisa tahu apakah taubat seseorang itu diterima atau tidak. Cirinya adalah terjadinya perubahan pada diri setelah dia bertaubat. Orang yang berubah menjadi semakin baik, dia mendapatkan taufik dari Allah SWT. Orang yang bertaubat jadi senang mencari ilmu. Kalau orang taubatnya bagus, dia akan makin senang ke agama. Dia akan lebih sering menghadiri majelis taklim, memutar kaset dan menyetel radio untuk menumbuhkan ruh Islamnya, atau melihat acara TV yang dapat menambah kualitas ilmunya.

Ciri kedua, dia makin senang berbuat kebaikan. Salatnya jadi makin bagus, makin tepat waktu, senang berjamaah, sedekahnya kian melimpah. "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka" (Q.S. Alankabut: 69).

Dan orang yang sungguh-sungguh kepada Allah, maka Allah lebih bersungguh-sungguh lagi menunjukkan jalan-Nya. Orang yang taubatnya bagus, maka akhlaknya pun akan makin bagus, kian dermawan, tampak ada peningkatan berarti.

Kita disuruh untuk bersegera memohon ampunan dan memperbanyak istigfar pada Allah SWT atas dosa yang telah kita lakukan, karena orang yang banyak istighfar itu insya Allah batinnya akan lebih tenteram, akan selalu ada jalan keluar bagi segala permasalahan yang dihadapinya dan Allah akan mewariskan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Makin banyak kita bertaubat, insya Allah kita akan makin siap untuk berpulang pada-Nya.

Kalau kita meminta maaf jangan pakai embel-embel! Taubat terus, jangan sungkan meminta maaf walaupun pada anak sendiri. Jangan tunda lagi terutama sepertiga malam menjelang subuh. Itu adalah saat taubat yang paling baik. Menjelang magrib dari asar, saat ibadah haji, atau saat bulan Ramadan. Beristigfarlah terus, baik sambil berjalan, duduk, bahkan sambil berbaring.

Ada keterangan dari Rasul tentang taubat kumat atau dikenal dengan tomat. Jika kita taubat, lalu tergelincir lagi, dan taubat lagi, dan tergelincir lagi, sampai kita bosan taubat, Allah tidak akan pernah bosan untuk menerima taubat kita. Yang penting, kita tidak boleh merencanakannya. Karena kalau sudah direncanakan, tidak termasuk taubat. Sebab merencanakan taubat berarti merencanakan berbuat dosa sebelumnya.

Perbanyaklah taubat! Gunakanlah salah satu cara yang efektif. Mulailah kita membuat daftar dosa kita kepada Allah, kepada orang tua, pada tetangga, dan lain sebagainya. Lalu kita terus memohon ampunan atas semua dosa-dosa kita itu. Dan lakukanlah hal tersebut terus-menerus agar saat nanti kita dipanggil oleh-Nya kita telah siap.

Orang yang ahli istigfar seperti sebingkai cermin. Cermin, jika dibersihkan terus-menerus akan mengilap. Dengan itu, dia bisa bercermin dan orang lain juga bisa. Makin bersih diri kita, insya Allah kita akan menjadi suri teladan bagi orang yang meniru kita dan insya Allah ganjarannya pun adalah untuk kita sendiri juga. WAllahua'lam.***
Oleh: Aa' Gym

0 comments:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template