Friday, July 18, 2008

Bagaimana Agar Istiqomah Di Jalan Allah?

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Saya terpikir untuk poting tentang hal ini karena kemaren melihat teman yang dulunya gigih berjuang di jalan Allah, mengamalkan tuntunan, kini mulai terlihat berkurang.
Jujur, hati saya begitu miris melihat kenyataan ini. orang yang dulunya cukup saya segani karena kepribadiannya yang mantap dalam mengamalkan perintah Allah, kini sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi pemuda dan pemudi pada umumnya. sebagai teman, Sungguh, sedih sekali rasanya, kenapa bisa seperti ini ?

bismillahirrohmanirrohim...

pembaca yang budiman, sudah menjadi fitrah manusia untuk mendapatkan kebebasan, free, tidak terikat dengan apapun. sudah menjadi fitrah, bahwa manusia diberikan nafsu dan akal fikiran. sudah menjadi fitrah manusia, bahwa manusia akan condong menuruti hawa nafsu. dan sudah menjadi fitrah bahwa hawa nafsu cenderung ke arah syaitan, kecuali nafsu yang mendapat rahmat dari Allah SWT.

syaitan, adalah musuh manusia yang nyata, yang akan terus menggoda manusia hingga hari kiamat. dan tingkat kesuksesan syaitan juga tinggi, karena penghuni neraka akan jauh lebih banyak dari penghuni surga.

syaitan tak akan henti-hentinya melancarkan tipu daya hingga seorang anak manusia itu terjebak ke dalam lubang kenistaan.

Solusi!!!!!!!

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa terus berada di jalan Allah?

Salah satunya adalah dengan berada di dalam JAMAAH. Dengan jamaah kita akan saling menjaga dan dijaga, agar tidak menyimpang dari jalanNya.


Karena bahwasanya Syeitan akan menjerumuskan manusia yang terpisah dari jamaahnya, sebagaimana serigala memangsa domba yang terpisah dari kelompoknya.

Jadi agar kita bisa istiqomah di jalan Allah, maka kita tidak boleh terpisah dari jamaah, kita harus sering mengikuti hal-hal semacam pengajian, kegiatan-kegiatan penguat iman, dan bekerja di dalam jamaah, atau yang lebih dikenal dengan amal jama'i. silakan search di google untuk lebih jelas tentang amal jama'i.

Kita harus pandai-pandai mencari lingkungan bergaul, carilah sahabat yang sholeh, yang bisa mengingatkan kita ketika khilaf, dan memberi dukungan ketika benar.

Jauhi kesendirian yang berlebihan karena ia bisa melalaikan, jauhi hal-hal yang dapat mencemar hati walaupun sedikit, jauhi hal-hal yang kurang bermanfaat, carilah kesibukan yang bermanfaat.

Sudahkan kita berada dalam jamaah?
Jika belum bagaimana selama ini kita menjaga kualitas iman kita?
sudahkan kita secara rutin menyiram hati ini dengan siraman islami?

Ya Allah, bukalah pintu hidayah kepada mereka yang dulunya gigih berjuang di jalanMu namun kini mulai lemah, dan kepada mereka yang belum berjuang di jalanMu.

ya Allah Mantapkanlah hati ini dalam melaksanakan larangan dan perintahmu..

Hati layaknya lebaran yang sangat tipis yang sangat mudah tercemar. hati juga sangat mudah untuk terbolak balik, iman kadang naik kadang turun. bahkan ada sahabat yang pernah berkata, aku lelah sekali mengurusi hatiku, karena seringnya ia bolak balik.

Semoga bermanfaat untuk kita semua, semoga kita selalu ikhlas, cerdas, istiqomah, serta tawakkal atas semua yang kita lakukan demi tegaknya agama Allah di Muka bumi.

wallahu'alam

Readmore »»

1 jawaban atas 3 pertanyaan

Sumber : Milis Geram06
Pengirim : fachrie_230389@yahoo.co.id

Tersebutlah seorang santri yang sangat cerdas dan sangat luas pengetahuannya. Ia sudah lama tinggal di pondok pesantren tempat ia menimba ilmu.

Hingga pada suatu hari ia menyelesaikan pendidikannya di ponpes tersebut dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke Amerika. Banyak sekali hal-hal baru yang ia dapatkan selama disana.

Sepulangnya dari menempuh pendidikan di negeri orang, Ia pun pulang ke kampung halaman dengan penuh rasa bangga. Ternyata, keberadaannya yang cukup lama di Amerika telah mempengaruhi kualitas akhlaqnya. Ia menjadi angkuh dan gaya bicaranya pun sudah dicampuri dengan bahasa Inggris dan kata-kata ilmiah (tujuannya supaya orang menjadi kagum pada dirinya atas kepandaiannya) .

Beberapa hari di rumah, ia pun merasa bosan, dan akhirnya memutuskan untuk mengunjungi pondok pesantren tempat ia menimba ilmu dahulu. Setibanya disana, ia langsung mengunjungi rumah seorang kiyai yang dulu adalah gurunya.

"Assalaamu'alaykum, kiyai", ucapnya.

"Wa'alaykumussalaam nak. Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan kita bertemu", jawab pak kiyai.

Dengan nada yang sedikit angkuh, ia berkata kepada pak kiyai,"Pak kiyai, saya memiliki 3 buah pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada pak kiyai. Tapi saya ragu pak kiyai mampu menjawabnya, sebab pertanyaan ini sangat sulit, bahkan beberapa profesor yang saya tanyakanpun tidak mampu menjawabnya. "

"Insya Allah saya akan coba jawab semampu saya", jawab kiyai.

Lalu sang santri pun berkata,"Pertanyaan pertama, jika Allah itu benar2 ada, tunjukkan kepada saya wujud Allah. Kedua, apa itu takdir?. dan yang ketiga, Kita tahu bahwa syaithan itu diciptakan dari api, tapi mengapa Allah menghukum mereka juga dengan api? bukankah itu tidak akan menyakiti mereka.


Belum kering bibir sang santri, tiba-tiba sang kiyai langsung MENAMPAR pipi sang santri.

Dengan sangat terkejut, santri itu bertanya,"Kenapa pak kiyai menampar pipi saya?".....

Sang kiyai pun langsung dengan tegas menjawab, "Apa yang kamu rasakan setelah saya menampar pipimu?, sakit bukan?".

"Tentu saja kiyai", jawab sang santri lirih.

"Kamu percaya kalau rasa sakit itu ada?", tanya kiyai.

"Iya, saya percaya", jawab sang santri.

"Nah, coba tunjukkan kepada saya rasa sakit itu !", tambah kiyai.

"nnngggggg.. .......", sang santri tidak bisa berkata apa-apa.

"Itu jawaban untuk pertanyaan pertama", tambah kiyai.

"Lalu, apakah kamu pernah bermimpi atau membayangkan kalau kamu akan
saya tampar hari ini?", tanya sang kiyai lagi.

"Tidak kiyai," jawab sang santri.

"Nah, itu jawaban pertanyaan kedua", kata kiyai.

"Nak, kamu pasti tahu kalau tangan yang saya pakai untuk menamparmu
tadi terbuat dari TANAH", sang kiyai berkata kembali.

"Tentu dari tanah, kiyai", jawab sang santri sekali lagi.

"Dan saya tanya sekali lagi, pipimu yang saya tampar tadi terbuat dari
apa?", sang kiayi balik bertanya lagi.

"mmmm.... dari tanah juga", jawab sang santri untuk ke sekian kali.

"Nak, itulah jawaban untuk pertanyaan yang ketiga", sang kiyai
menyudahi pertanyaannya.

Akhirnya sang santri itupun tersadarkan kembali akan kesombongannya
selama ini.

************ *TAMAT*** ********* *


Readmore »»

Ciri-ciri Kedewasaan

Ciri Kedewasaan

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Semoga Allah yang Mengenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah dibalik kejadian apapun yang menimpa dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita.

Saudaraku yang baik, ciri khas umat Dewasa diawali dengan

1. Diam Aktif
yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu dikomentari.

Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari.,ketika dia melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari, ketika menonton televisi misalnya ; komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton . Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan (tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan
pintu hikmah kepada Allah, Subhanalloh.

Ketika menyaksikan demonstrasi dia bertafakur.. 'beginilah kalau negara belum matang, setiap waktu demo, kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan-ternyata sangat mudah menghina, mencaci, dan memaki itu' Seseorang yang pribadinya matang dan dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya,makin terkendali Insya Allah akan semakin
matang.

2. Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba perasaan orang lain, orang yang
bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa.


Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan merabaperasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa,bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar
overtime ? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime ? semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana.

Semakin orang bisa meraba penderitaan orang lain Insya Allah akan semakin bijak. Percayalah tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.

3. hati-hati (Wara'), dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu ; tiap detik, tiap tutur kata, dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap. Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan mengambil keputusan. Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa (wara') dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan,mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh.

4. kesabarannya (sabar), kita ambil contoh ; didalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ? karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap, stabil, Amanah dan bertanggung jawab.

Wallahu'alam bish showab (am)

Readmore »»

Kematian

Assalamu'alaykum warohmatullah wabarokatuh

Pembaca budiman, setiap makhluk pasti punya batas kehidupan. setiap manusia pasti merasakan yang namanya mati.

Saat ini mungkin kita telah mengarungi hidup selama 1/8,1/6,1/4,1/2,atau bahkan 1 abad. Tapi apakah segala perbuatan yang telah kita lakukan selama ini mampu menyelamatkan kita dari siksa Allah di hari pembalasan nanti?

Umur umat Muhammad tidak akan jauh berbeda dari umur Rasulullah SAW, ini sesuai dengan Sabda Beliau, bahwa Umur Umatku tidak akan jauh berbeda dengan Umurku. Jadi kalau Nabi Muhammad meninggal di Usia 65 tahun, berarti umur kita juga berkisar 65 tahun. Jika demikian, berapakah sisa umur kita sekarang?
Kalau ada yang melebihi 65 tahun, berarti itu bonus dari Allah SWT yang seharusnya digunakan sebaik2nya.

jika cerita tentang kematian, saya sempat mendengarkan ceramah tentang sakitnya saat roh di cabut dari jasad. Pernah seorang yang sangat sholeh pada zaman nabi Isa telah meninggal 100 tahun, kemudian dibangkitkan nabi Isa dengan izin Allah SWT. Lalu bertanya nabi isa, bagaimana rasanya saat rohmu dicabut dari jasad? Kemudian jawab orang tersebut : "Aku telah meninggal 100 tahun, namun sakitnya masih terasa sampai saat ini". Bayangkan teman-teman, seorang yang sangat sholeh saja, sakitnya seperti itu, apalagi kita? manusia yang masih jauh dari sholeh? Bergelimang Dosa? Bagaimana Sakitnya Nanti? Na'uzubillahiminzalik....


Bahkan ada juga diceritakan bahwa sakitnya saat roh dicabut seperti dikuliti hidup-hidup... na'uzubillah...Astaghfirullah...Astaghfirullah...Astaghfirullah...

Kalau Nabi, sewaktu Akan Meninggal,Datang Malaikat Jibril dan Izrail, Kemudian Jibril memberi tahu bahwa Izrail ada di luar meminta izin untuk mencabut nyawa Rosul. Kemudian Jibril berkata, kalau engkau ingin diminta penangguhan akan matimu, maka aku akan berdo'a kepada Allah supaya Allah menangguhkannya, Tapi Nabi menolak, dan menyuruh Izrail masuk dan mencabut nyawanya.

Nah kalau kita? apakah malaikat minta izin dulu sewaktu mau mencabut nyawa kita? atau malaikat menanyakan apakah kita minta penangguhan supaya bisa bertobat dulu? tidak bukan? Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri mulai dari dahulu, sejak akil baligh, mempersiapkan amal sebanyak-banyaknya, karena kita tidak tahu kapan ajal itu datang menjemput?

Ada saudara kita yang meninggal saat berzina, ada yang meninggal dalam keadaan mabuk, ada yang meninggal dalam keadaan syirik, dan lain sebagainya. Na'uzubillah..

Ingatlah, kematian itu pasti datang, bahkan ibaratnya JIKA AJALNYA ADA DI LUAR RUMAH, SEDANGKAN IA SEDANG DI DALAM RUMAH, MAKA IA AKAN KELUAR MENUJU AJALNYA TERSEBUT.

Semoga kita menjadi orang yang selalu ingat akan kematian, tetapi tidak takut akan kematian itu.

wallahu'alam

wassalamu'alaykum.

Readmore »»

Monday, July 14, 2008

Ruginya Kalau Mudah Tersinggung

Bismillahirrohmaanirrohim
Assalamu'alaykum warohmatullaah wabarokatuh

Apa kabar anda hari ini wahai pembaca budiman?

Di kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman pribadi saya. Sesuai titlenya, yaitu tentang ruginya kalau mudah tersinggung.

Latar belakang atas penulisan postingan ini adalah karena ingin memberikan gambaran betapa rugi punya sifat mudah tersinggung berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.

Lets Start...

Dari kecil saya sudah dikenal dengan sifat yang mudah tersinggung dan suka ngambek (bahasa melayunya merajuk). kalo ada yang ngejek, ato kadang keinginan saya tidak diikuti, saya suka ngambek.
Sifat ini terus ada dalam diri saya sampai SMA, saya tahu karena ada teman yang memberi tahu, saat saya minta menyebutkan sifat jelek saya.
Sampai SMA, saya masih suka ngambek sama teman-teman saya, terutama teman-teman cewek. Saya juga heran, kenapa saya se-sensitif itu ya?? kalo uda ngambek, ga mau ngomong, ketemu jadi salah tingkah, kalo ada keperluan susah, pokoknya susah dah..

Beberapa hal yang sangat merugikan yang saya rasakan dengan punya sifat ini antara lain :
1. capek, karena sibuk ngurus hati, dikit-dikit sakit hati, dikit-dikit sakit hati.
2. silaturahmi kurang baik, dengan sering sakit hati dan ngambek dengan orang lain, membuat hubungan silaturahmi jadi turun naik, kadang baik, kadang ngga', dan bahayanya lagi kalo sampai terputus, na'uzubillahiminzalik...
3. rugi waktu, karena sakit hati butuh waktu tidak sebentar untuk ngilangin sakitnya,

sementara dalam masa sakit hati, biasanya orang tersebut tidak produktif.
4. teman-teman jadi takut akrab dengan kita, karena takut kita tersinggung, jadi mereka bergaul sekenanya saja.
5. tambah dosa, karena biasanya kalo lagi sakit hati dengan seseorang maka prasangka dan pikiran buruk datang untuk menyalahkan orang lain tersebut. pokoknya tambah sakit kalo liat orang itu senang, banyak teman, dapat kemudahan, dapat rezeki, dll.
6. menghambat proses kedewasaan, baik dalam berfikir, bertutur dan bertindak, karena orang yang mudah tersinggung kurang jernih dalam berfikir, kurang objektif apabila tersinggung.
7. dan banyak lagi lainnya, silakan pembaca bisa menambahkan kerugian yang lain...

INTINYA : OBATI PENYAKIT MUDAH TERSINGGUNG SEKARANG !!!!!
Belajarlah untuk mengerti dan memahami orang lain, belajar untuk mengalah, belajar untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan.

Salah satu cara yang paling efektif adalah berfikir positif. Jika merasa perkataan atau perlakuan orang terhadap kita kurang baik, husnuzonlah, bisa saja dia khilaf, bisa saja kita yang salah persepsi, bisa saja dia sedang bercanda, bisa saja dia bermaksud baik mengingatkan kita, dan pikiran positif lainnya.

Kalaupun dia salah, belajarlah berbesar hati untuk memaafkan. Ingatlah kembali, bahwa dia hanya manusia biasa yang pasti berbuat kesalahan. Berbesarhatilah untuk mengambil pelajaran dari setiap kesalahan orang lain, untuk jadi referensi perbuatan kita selanjutnya. Jika tidak ada orang khilaf, maka mungkin kita tidak tau mana perbuatan yang kurang pantas untuk dilakukan.

Belajarlah etika dalam bergaul, agar nantinya kita bisa diterima dengan baik oleh semua orang.

Jangan sampai hati dan fikiran kita dimanipulasi oleh syetan.
Perubahan butuh perjuangan, Mulailah dari sekarang..

wallahu'alam

Readmore »»

Saturday, July 12, 2008

PRIORITAS AMALAN HATI ATAS AMALAN ANGGOTA BADAN

DI ANTARA amalan yang sangat dianjurkan menurut pertimbangan agama ialah amalan batiniah yang dilakukan oleh hati manusia. Ia lebih diutamakan daripada amalan lahiriah yang dilakukan oleh anggota badan, dengan beberapa alasan.

Pertama, karena sesungguhnya amalan yang lahiriah itu tidak akan diterima oleh Allah SWT selama tidak disertai dengan amalan batin yang merupakan dasar bagi diterimanya amalan lahiriah itu, yaitu niat; sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw:

"Sesungguhnya amal perbuatan itu harus disertai denganniat." 32

Arti niat ini ialah niat yang terlepas dari cinta diri dan dunia. Niat yang murni untuk Allah SWT. Dia tidak akan menerima amalan seseorang kecuali amalan itu murni untuk-Nya; sebagaimana difirmankan-Nya:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus..." (al-Bayyinah: 5)

Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang murni, yang dilakukan hanya untuk-Nya."33

Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT berfirman,

"Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya." 34

Kedua, karena hati merupakan hakikat manusia, sekaligus menjadi poros kebaikan dan kerusakannya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya Nabi saw bersabda,

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati."35

Nabi saw. menjelaskan bahwasanya hati merupakan titik pusat pandangan Allah, dan perbuatan yang dilakukan oleh hatilah yang diakui (dihargai/dinilai) oleh-Nya. Karenanya, Allah hanya melihat hati seseorang, bila bersih niatnya, maka Allah akan menerima amalnya: dan bila kotor hatinya (niatnya tidak benar), maka otomatis amalnya akan ditolak Allah, sebagaimana disabdakan oleh baginda,

"Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu." 36

Yang dimaksudkan di sini ialah diterima dan diperhatikannya amalan tersebut.

Al-Qur'an menjelaskan bahwasanya keselamatan di akhirat kelak, dan perolehan surga di sana, hanya dapat dicapai oleh orang yang hatinya bersih dari kemusyrikan, kemunafikan dan penyakit-penyakit hati yang menghancurkan. Yaitu orang yang hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang Dia firmankan melalui lidah nabi-Nya, Ibrahim al-Khalil a.s.

"Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (as-Syu'ara': 87-89)

"Dan didekatlah surga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat." (Qaf: 31-33)

Keselamatan dari kehinaan pada hari kiamat kelak hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih. Dan surga hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Tuhannya dengan hati yang pasrah.

Taqwa kepada Allah --yang merupakan wasiat bagi orang-orang terdahulu dan yang terkemudian, merupakan dasar perbuatan yangutama, kebajikan, kebaikan di dunia dan akhirat-- pada hakikat dan intinya merupakan persoalan hati. Oleh karena itu Nabi saw bersabda, "Taqwa itu ada di sini," sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali. Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke dadanya agar dapat dipahami oleh akal dan jiwa manusia.

Sehubungan dengan hal ini, al-Qur'an memberi isyarat bahwa ketaqwaan itu dilakukan oleh hati manusia:

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati." (al-Hajj: 32)

Semua tingkah laku dan perbuatan yang mulia, serta tingkatan amalan rabbaniyah yang menjadi perhatian para ahli suluk dan tasawuf, serta para penganjur pendidikan ruhaniah, merupakan perkara-perkara yang berkaitan dengan hati; seperti menjauhi dunia, memberi perhatian yang lebih kepada akhirat, keikhlasan kepada Allah, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakkal kepada Allah, mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada siksaan-Nya, mensyukuri nikmatNya, bersabar atas bencana, ridha terhadap ketentuan-Nya, selalu mengingat-Nya, mengawasi diri sendiri... dan lain-lain. Perkara-perkara ini merupakan inti dan ruh agama, sehingga barangsiapa yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya maka dia akan merugi sendiri, dan juga rugi dari segi agamanya.


Siapa yang mensia-siakan umurnya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa

Anas meriwayatkan dari Nabi saw,

"Tiga hal yang bila siapapun berada di dalamnya, maka dia dapat menemukan manisnya rasa iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; hendaknya ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka." 37

"Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya, serta manusia seluruhnya." 38

Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi saw, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?" Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?" Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak shalat dan puasa, serta shadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah saw kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai."39

Hadits ini dikuatkan oleh hadits Abu Musa bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi saw, "Ada seseorang yang mencintai kaum Muslimin, tetapi dia tidak termasuk mereka." Nabi saw menjawab, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai."40

Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah, serta cinta kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh merupakan cara pendekatan yang paling baik kepada Allah SWT; walaupun tidak disertai dengan tambahan shalat, puasa dan shadaqah.

Hal ini tidak lain adalah karena cinta yang murni merupakan salah satu amalan hati, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

Atas dasar itulah beberapa ulama besar berkata,

"Aku cinta kepada orang-orang shaleh walaupun aku tidak termasuk golongan mereka."

"Aku berharap hahwa aku bisa mendapatkan syafaat (ilmu, dan kebaikan) dari mereka."

"Aku tidak suka terhadap barang-barang maksiat, walaupun aku sama maksiatnya dengan barang-barang itu. "

Cinta kepada Allah, benci karena Allah merupakan salah satu bagian dari iman, dan keduanya merupakan amalan hati manusia.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

"Barangsiapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya."41

"Ikatan iman yang paling kuat ialah berwala' karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah SWT." 42

Oleh sebab itu, kami sangat heran terhadap konsentrasi yang diberikan oleh sebagian pemeluk agama, khususnya para dai' yang menganjurkan amalan dan adab sopan santun yang berkaitan dengan perkara-perkara lahiriah lebih banyak daripada perkara-perkara batiniah; yang memperhatikan bentuk luar lebih banyak daripada intinya; misalnya memendekkan pakaian, memotong kumis dan memanjangkan jenggot, bentuk hijab wanita, hitungan anak tangga mimbar, cara meletakkan kedua tangan atau kaki ketika shalat, dan perkara-perkara lain yang berkaitan dengan bentuk luar lebih banyak daripada yang berkaitan dengan inti dan ruhnya. Perkara-perkara ini, bagaimanapun, tidak begitu diberi prioritas dalam agama ini.

Saya sendiri memperhatikan --dengan amat menyayangkan-- bahwa banyak sekali orang-orang yang menekankan kepada bentuk lahiriah ini dan hal-hal yang serupa dengannya --Saya tidak berkata mereka semuanya-- mereka begitu mementingkan hal tersebut dan melupakan hal-hal lain yang jauh lebih penting dan lebih dahsyat pengaruhnya. Seperti berbuat baik kepada kedua orangtua, silaturahim, menyampaikan amanat, memelihara hak orang lain, bekerja yang baik, dan memberikan hak kepada orang yang harus memilikinya, kasih-sayang terhadap makhluk Allah, apalagi terhadap yang lemah, menjauhi hal-hal yang jelas diharamkan, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman di dalam kitab-Nya, di awal surah al-Anfal, awal surah al-Mu'minun, akhir surah al-Furqan, dan lain-lain.

Saya tertarik dengan perkataan yang diucapkan oleh saudara kita, seorang dai' Muslim, Dr. Hassan Hathout yang tinggal di Amerika, yang sangat tidak suka kepada sebagian saudara kita yang begitu ketat dan kaku dalam menerapkan hukum Islam yang berkaitan dengan daging halal yang telah disembelih menurut aturan syariat. Mereka begitu ketat meneliti daging-daging tersebut apakah ada kemungkinan bahwa daging tersebut tercampur dengan daging atau lemak babi, walaupun persentasenya hanya sebesar satu persen, atau seperseribunya; tetapi dalam masa yang sama dia tidak memperhatikan bahwa dia memakan bangkai saudaranya setiap hari beberapa kali (dengan fitnah dan mengumpat/ghibah), sehingga saudaranya dapat menjadi sasaran syubhat dan tuduhan, atau dia sendiri yang menciptakan tuduhan-tuduhan tersebut.

Fiqih Prioritas Yusuf Al Qardhawi

Readmore »»

Apakah neraka telah berpenghuni?

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh..

Sebuah cerita menarik lagi, yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh saya. Ada sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang remaja, saat acara mabit di Masjid Al Hikmah Telkom Divre 3 Bandung...

waktu itu pengisi tausiyahnya merupakan salah seorang dosen di UIN, setelah selesai memberikan tausiyah, tibalah sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan waktu itu, tapi dari beberapa pertanyaan tersebut ada yang menarik bagi saya. Kelihatan sederhana, tapi dalam.

Kira-kira begini dialognya :
Penanya : "Ustadz, saya mau nanya, sebenarnya uda lama ada unek-unek ni, tentang neraka dan surga, kita kan diajarin bahwa alur kehidupan mulai dari di dunia, terus mati, alam kubur, alam barzah, dst, baru nanti masuk neraka atau surga...
Nah, tapi di qur'an koq ada cerita bahwa nabi pernah melihat neraka, terus diceritain tentang penghuni neraka gitu? sebenarnya yang benar yang mana? kok tiba-tiba uda ada penghuninya? kiamat aja belum?"

begitu kira-kira pertanyaan yang diajukan si penanya? waktu itu saya merenung, kenapa saya tidak pernah terpikirkan pertanyaan seperti ini ya? apalagi mengerti jawabannya.

Dan beginilah jawaban ustadz tersebut :
"Untuk masalah itu, ada teori yang berkembang, dan masih terus dikembangkan, dari beberapa kitab tafsir, menjelaskan bahwa ternyata ada kehidupan lain, ada manusia-manusia lain, sebelum manusia seperti sekarang ini diciptakan oleh Allah SWT, singkatnya seperti itu, karena kalau secara rinci butuh lebih dari 1 semester untuk menjelaskannya.."

Pertanyaan tersebut sama seperti pertanyaan, "Kok nabi adam di turunkan ke bumi gara-gara membuat kesalahan? bukannya di surga kita bebas melakukan apa saja tanpa ada dosa lagi?"

Untuk pertanyaan tersebut, ternyata teorinya seperti ini:
Bahwa surga yang tempat nabi adam pertama diturunkan bukanlah surga tempat kita nanti dikembalikan, surga yang dimaksud adalah sebuah taman di atas bumi (atau di langit,klo ga salah).

Begitu kira-kira beberapa pertanyaan yang kelihatan sederhana, tapi sangat dalam, jauh dari pemikiran kita.

Wallahu'alam


Readmore »»

Ahli Sunnah Wal Jamaah

Assalamualaikum 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihihi ajma'in, wa ba'du

Istilah Ahlussunnah wal jamaah pada hari ini memang sering kali dipahami dengan cara yang kurang tepat oleh sebagian umat Islam. Padahal istilah Ahlussunnah wal jamaah adalah istilah yang telah disebutkan sejak masa Rasulullah SAW sebagai golongan yang selamat dalam aqidahnya. Sebagaimana kita dapatkan dalam hadits beliau:

Dari Muawiyah bin Abi Sufyan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Umat sebelummu dari ahli kitab terpecah menjadi 72 millah (aliran). Dan agama ini (Islam) terpecah menjadi 73. 72 diantaranya di neraka dan satu di surga. Yaitu Al-Jamaah." (HR Abu Daud)

Dalam kitab syarah (penjelasan) Sunan Abi Daud yaitu kitab Aunul Ma'bud disebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-jamaah adalah ahli Al-Quran Al-Kariem, ahli hadits, ahli fiqih dan ahli ilmu yang bergabung untuk mengikuti Rasulullah SAW dalam segala halnya. Mereka tidak membuat-buat bid’ah yang merusak, merubah atau membawa pendapat yang rusak.

Seolah-olah Rasulullah SAW sudah mengisyaratkan akan ada beberapa alur akidah yang menyimpang dari apa yang beliau ajarkan, sehingga beliau mewanti-wanti ummatnya agar tepat berpegang kepada ahlussunnah wal jamaah.

Ahlussunnah wal jamaah yang dimaksud oleh beliau tentu bukanlah nama dari sebuah organisasi baik berbentuk ormas atau orsospol. Juga bukan nama sebuah jamaah, kelompok, pengajian, perhimpunan atau forum sebagaimana yang kita sering dapati penggunaannya oleh beragam kelompok.

Istilah ahlisunnah wal jamaah digunakan oleh Rasulullah SAW untuk menyebutkan semua umat Islam yang secara aqidah berpegang teguh kepada apa yang beliau ajarkan (sunnah) serta yang diajarkan oleh para shahabat beliau (jamaah). Jadi apapun nama organisasi atau partainya, asalkan pemahaman aqidahnya sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW (yang diajarkan beliau) dan jamaah (apa yang diajarkan oleh para shahabat beliau), maka mereka semua adalah ahlus sunnah wal jamaah.


Maka nama-nama yang anda sebutkan seperti Muhammadiyah, Persis, Ahmadiyah, LDII, Islam Jamaat, Khurij dan ribuan nama lainnya bisa dikatakan sebagai ahlussunnah wal jamaah manakala mereka memiliki prinsip aqidah yang seusai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya. Sebaliknya, bila mereka mengajarkan aqidah yang menyimpang dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya, maka pada titik penyimpangan itu mereka bukanlah bagian dari ahlussunnah wal jamaah.

Misalnya, bila ada di antara jutaan organisasi itu yang mengingkari Allah SWT sebagai tuhan dengan segala nama dan sifat-Nya, atau mengingkari kenabian Muhammad, atau mengatakan adanya nabi sepeninggal beliau, atau mengingkari kebenaran Al-Quran dan hadits, atau mengingkari adanya hari kiamat, atau mengingkari keberadaan surga dan neraka, qadha dan qadar serta apa-apa yang Allah SWT tegaskan dalam kitab-Nya, maka itu adalah penyimpangan aqidah.


Mahzab Fiqih

Sedangkan di dalam aqidah umat Islam yang ahli sunnah wal jamaah ini, mungkin saja ada perbedaan teknis dalam masalah tata cara ibadah. Perbedaan ini sangat logis, wajar dan mungkin terjadi. Bahkan sudah terjadi sejak nabi Muhammad SAW masih hidup di antara para shahabatnya. Untuk itu lalu para ulama membuat metologi dalam memahami nash Quran dan Sunnah serta membuatkan 'jalan' bagi mereka yang ingin mendapatkan kesimpulan hukum dari sumber-sumber ajaran Islam itu. Jalan inilah yang kita sebut dengan mazhab fiqih. Adapaun bila metodologi yang berkembang berbeda-beda, adalah hal yang amat wajar sekali. Karena memang syariat Islam memberikan ruang untuk berijtihad di dalamnya.

Di antara contohnya adalah adanya perbedaan dalam masalah hukum qunut dalam shalat shubuh, jumlah bilangan rakaat tarawih, bacaan ushalli, zikir dengan suara keras dan berjamaah serta lain-lainnya. Semua itu adalah perbedaan yang bersifat fiqhiyah, bukan dalam hal aqidah. Jadi mereka yang berbeda pendapat dalam masalah itu sebenarnya tetap sama-sama termasuk bagian dari ahli sunnah wal jamaah juga.

Sedangkan yang dianggap keluar dari aqidah ahli sunnah misalnya bila punya pandangan bahwa semua agama sama, atau bahwa pemeluk agama selain Islam juga bisa masuk surga, atau pandangan bahwa hukum Islam itu tidak wajib diterapkan, memisahkan antara agama dengan kehidupan dunia dan pemikiran sesat lainnya. Semua ini termasuk paham sesat yang bisa mengeluarkan seseorang dari barisan ahli sunnah wal jamaah.

Semoga Allah menetapkan hati kita di atas nikmat hidayah yang telah dianugerahi kepada kita, Amien.

Wallahu A'lam Bish-Showab,
Wassalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

Readmore »»

Mungkin Kita Belum Dewasa

Kok belum datang juga, ya? Saya yakin, pertanyaan itu banyak melingkupi para akhwat yang resah menanti jodoh. Kenapa saya hanya menyebut para akhwat? Jelas. Karena dalam masyarakat kita masih ada pandangan bahwa akhwat hanya boleh menunggu dan ikhwan lah yang memulai. Jadi, kalau ikhwan merasa sudah siap untuk menikah atau sudah menemukan pasangan hidup yang diinginkannya, ia tinggal mengajukan proposal. Hasilnya bagaimana, itu tergantung nanti. Yang penting kan akhwatnya sudah tahu kalau ada ikhwan yang mau serius dengannya. Bagaimana dengan akhwat? Memang ada yang bilang kalau akhwat pun boleh mengajukan proposal duluan, tapi adakah akhwat berani yang mau? Mungkin ada, tapi hanya satu dalam seribu. Sangat jarang lah akhwat yang mau mengajukan proposal duluan. Harga diri, tentu menjadi pertimbangan. Karena memang sangat jarang akhwat yang seperti Khadijah, bukan?

Kita lupakan saja soal itu. Sekarang yang menjadi soal adalah kenapa jodoh belum datang juga? Sewaktu saya masih di daerah dulu (di luar Jakarta), pikiran saya memang sangat naif. Saya pikir, seorang akhwat yang sudah lulus kuliah pasti akan langsung dilamar. Kenyataannya memang begitu. Banyak teman-teman dekat saya yang baru saja diwisuda sibuk mempertimbangkan lamaran yang datang. Ternyata tidak juga. Begitu saya kembali ke Jakarta, alangkah terkejutnya saya menemukan banyak akhwat yang sudah lama lulus dari kuliah, sudah bekerja dan sudah sangat siap menikah (dilihat dari umur) ternyata masih melajang. Tidak tanggung-tanggung usia mereka berkisar 28-30 tahun ke atas. Fenomena macam apa ini? Kalau di daerah, tentu saya akan sulit menemukan akhwat berusia di atas 28 masih melajang. Saya juga tidak tahu kenapa.

Ada teman saya yang bilang bahwa Allah akan memberikan kita jodoh kalau Dia menilai kita sudah dewasa. Saya tidak tahu teman saya itu mendapatkan sumber dari mana. Tapi ada benarnya juga. Saya bertanya kepadanya, definisi dewasa yang seperti apa? Teman saya mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu. Hanya Allah yang tahu. Pokoknya kalau Allah menganggap kita sudah dewasa, dia akan mempertemukan kita dengan jodoh kita. Begitu. Hmm, lalu saya mengamati seorang akhwat yang saya lihat sangat dewasa. Dia kalem, lembut dan sabar menghadapi binaan. Sepertinya dia sangat-sangat dewasa. Tapi kok dia belum menikah juga ya? Padahal dia sudah sekitar lima tahunan lulus dari kuliah. Lalu, apa yang kurang darinya? Lagi-lagi hanya Allah yang tahu.


Sekitar setahun kemudian baru saya tahu jawabnya. Akhwat itu akhirnya menikah, tapi pernikahannya ini sempat membuat kawan terdekatnya geleng-geleng kepala. Biasanya orang yang mau menikah itu (apalagi akhwat) dipusingkan oleh, apakah saya bisa menjadi istri yang baik? Apakah saya bisa patuh kepada suami? Apakah saya bisa menyenangkan suami? Apakah saya bisa menyelesaikan konflik dalam rumah tangga? Dan lain-lain. Tapi akhwat ini berbeda. Ia malah memusingkan segala pernak-pernik pernikahan yang harus berwarna biru, karena biru adalah warna kesukaannya. Saya jadi berpikir. Mungkin benar Allah baru memberinya jodoh sekarang. Lima tahun lalu, mungkin dia malah lebih tidak dewasa seperti sekarang. Allahu a’lam.

Satu contoh lain yang kembali membuat saya berpikir. Kali ini tentang seorang ikhwan yang sudah berumur di atas 30. Sudah seharusnya ia segera menikah, bukan? Dan biasanya orang yang sudah berusia di atas 30 tahun itu pemikirannya lebih matang sehingga tidak terlalu memikirkan hal-hal yang sepele dalam memilih calon pendamping. Tetapi ikhwan ini masih menyebutkan satu syarat sepele yang harus dipenuhi akhwat yang akan menjadi pendamping hidupnya. Akhwat itu harus berkulit putih! Berkulit putih? Tidak salah memang. Tapi apakah hanya akhwat yang berkulit putih saja yang cantik? Akhwat berkulit hitam pun banyak yang cantik. Dan jangan salah. Artis India itu kebanyakan berkulit hitam manis, Bung! So what?

Coba tanyakan kepada adik/keponakan/ siapa saja yang masih ABG di sekitar Anda. Seperti apa pacar yang diinginkannya? Mereka pasti akan menjawab: cakep (cantik), kaya, beken, pinter dan semua hal-hal duniawi lainnya.

Bandingkan dengan Anda. Apakah Anda masih memakai standar itu dalam memilih pendamping? Berarti pikiran Anda masih seperti adik/keponakan/ orang-orang yang ada di sekitar Anda yang masih ABG, bukan? Memang tidak salahnya kita memilih pendamping hidup seperti standar di atas. Agama baik, tapi status, fisik dan keturunan juga harus baik, dong. But, kita juga harus menilai diri kita sendiri. Intinya: berpijak pada realita lah! Apakah kita memang secantik Aisyah sehingga kita berhak mendapatkan Muhammad? Kalau iya, okeylah. Kalau tidak? Maka kita hanya seperti anak-anak belasan tahun yang hidup di dunia mimpi. Kembalilah kepada niat: untuk apa kita menikah. Itu saja.

Akhirnya, saya jadi tahu kenapa ikhwah (akhwat-ikhwan) di daerah lebih cepat menikah daripada di Jakarta. Karena memang ikhwah di daerah tidak begitu pemilih. Berkali-kali saya dihentakkan dengan berita seorang ikhwan yang melamar seorang akhwat yang berusia empat sampai lima tahun di atasnya. Padahal masih banyak akhwat yang lebih muda dan lebih cantik yang bisa ia pilih. Atau seorang akhwat yang rela menikah dengan seorang ikhwan yang belum berpenghasilan tetap. Pada akhirnya Allah jua yang mempermudah jalan mereka. Setelah menikah, bertubi-tubi tawaran bekerja datang kepada ikhwan yang telah menjadi suaminya itu. Subhanallah!

Apa yang saya sebutkan di atas hanyalah contoh kasus. Saya yakin di Jakarta pun banyak ikhwah yang berpikir dewasa sehingga ia mudah mendapatkan pasangan hidup. Saya sudah menemukannya, tapi memang saya lebih banyak menemukan yang masih lajang pada usia di atas 25 tahun. Dan di daerah pun ada ikhwah yang belum juga menikah padahal usianya terus menanjak. Entah apakah karena ia belum dewasa atau karena hal lain. Tapi saya yakin, orang di daerah itu memang lebih dewasa karena pikiran mereka masih sederhana. Saya jadi ingin kembali ke daerah biar cepat dapat jodoh. Atau mungkin kita memang harus menjadi dewasa dulu agar cepat mendapatkan jodoh?

Alia Hana
[alia_hana@telkom.net]

Readmore »»

Sadarkah Kita?

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu kedepan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita. Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata, 2 telinga tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.

Readmore »»

Surga Itu Ada Di Indonesia...

Assalamu'alaykum warohmatullah wabarokatuh..

Saat Geladi (Semacam Kerja Praktek) di TELKOM Divre 3 Bandung, hari jum'at saya mengikuti sholat jum'at di Masjid Al Hikmah di telkom tersebut. Pada awalnya sedikit ngantuk dengar khotbah, tapi tak lama kemudian kepala jadi tegak, karena isi khotbahnya menarik...

sebenarnya banyak sekali isi dari khotbah tersebut yang sangat bermanfaat buat kita, tapi saya mencuplik satu potongan isi khotbah yang menurut saya menarik untuk kita ketahui...

langsung aja...

Khatib (kira2 bergini):
"Suatu saat saya diundang untuk mengikuti pelatihan metode penyampaian bahasa arab di Madinah, pesertanya cukup ramai dari berbagai negara. Suatu saat, saya dipanggil seorang Syeikh, dia bertanya
Syeikh : "Anda Indonesia?"
khatib : "Ya, saya Indonesia"
Syeikh : "Seandainya anda tahu, bahwa surga Allah di dunia itu ada di Indonesia"
Syeikh : "Tapi orang Indonesia itu bodoh, tidak mau diberi surga dari Allah"
Syeikh : "Negara yang paling kaya alamnya adalah Indonesia tapi sayang pemimpinnya tidak bagus"
Syeikh : "Masjid terbanyak ada di Indonesia, tapi Masjid yang paling banyak kosong juga di Indonesia"
Syeikh : "Muslim terbanyak ada di Indonesia, tapi Muslim yang terbanyak mengumbar aurat juga di Indonesia"

Demikianlah kurang lebih percakapan antara Si Khotib dengan si Syeikh...

wallahu'alam apakah itu benar atau ngenyek kata si khotib, tapi itu bisa jadi bahan introspeksi bagi kita rakyat Indonesia...

Apakah benar kita sebodoh apa yang dikatakan Syeikh tersebut, sehingga sampai-sampai menolak surga dari Allah?

Wallahu'alam..


Readmore »»

Saturday, June 14, 2008

Motivasi Tertinggi

Saat acara terakhir Himpunan Mahasiswa Informatika periode 2007/2008, di saat-saat terakhir acara, panitia mengadakan sharing yang intinya menceritakan pengalaman pahit, getir, senang, gembira, dsb selama satu tahun menjadi pengurus di HMIF. Saat itu yang pertama ngomong adalah bunga(bukan nama sebenarnya), yang menceritakan masalah kedewasaan, dan apa yang telah ia dapat selama di HMIF. Setelah bunga berbagi pengalaman, dengan sedikit ragu, aku coba beraniin diri bwt nunjuk jari jadi orang berikutnya yang sharing pengalaman.

Aku mulai dengan bagaimana keadaanku sebelumnya, agak minder, emosian, egois, gampang tersinggung, dsb, keadaan yang memang aku ingin rubah sejak lama. ku jelaskan bahwa HMIF sedikit banyak telah memberikan banyak sekali warna terang dalam hidupku, bagaimana aku belajar untuk DEWASA, MENGERTI DAN MEMAHAMI ORANG LAIN, MENGALAH, SABAR, dll. ku sempat berterima kasih kepada beberapa orang yang sempat terucap namanya antara lain kk aslan(bukan nama sebenarnya) sebagai koordinatorku, john (bukan nama sebenarnya) sebagai teman himpunan, dan satu orang lagi kalo ga salah yang ku lupa siapa. Saat ku menyinggung nama john, aku sedikit ingin mengeluarkan air mata, terharu. ku katakan bahwa aku berterima kasih pada john yang telah sedikit banyak membuat aku berubah lebih baik, lebih dekat ke Agama, aku benar-benar TERMOTIVASI, TERINSPIRASI, dan IRI sama john, atas keteguhannya menjalankan syariat, ibadah, dll. Tidak lama setelah itu, aku mulai menitikkan air mata, teringat akan karunia yang telah Allah berikan untukku.


saat acar salam-salaman, aku sempat bersalaman dengan seorang teman, saat itu dia mengatakan kepadaku "SESUNGGUHNYA MOTIVASI TERTINGGI ADALAH ALLAH SWT". Waktu itu aku seperti tersentak, seperti tertampar, teringat akan kata2ku sebelumnya saat mengatakan termotivasi sama fachri, aku sadar, waktu itu, mungkin aku lupa, bahwa tidak seharusnya aku termotivasi hanya karena MANUSIA, hanya karena MAKHLUK, seharusnya aku termotivasi karena DIA, yang MAHA PENCIPTA.

PELAJARAN YANG KU DAPAT ADALAH, SESUNGGUHNYA MOTIVASI TERTINGGI SEHARUSNYA ADALAH KARENA ALLAH SWT, KARENA IA ADALAH ZAT YANG MAHA KEKAL.

Logikanya seperti ini: jika kita melakukan sesuatu, katakanlah suatu kepanitiaan karena motivasi selain Allah, misalnya karena ingin berkontribusi mengcreate acara. Saat ternyata kita tidak diterima di divisi acara, semangat kita mungkin saja turun atau bahkan hilang.

Intinya,
1. motivasi tertinggi harusnya dari sesuatu yang Kekal, yang Selalu ada dan tidak mungkin hilang.
2. kita boleh memiliki beberapa motivasi yang baik, tapi tetap di bawah motivasi karena Allah.

mungkin demikian saja cerita singkat yang mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran berharga untuk saya dan anda yang membaca... amin...

Readmore »»

Wednesday, May 21, 2008

BOLEHKAH LAKI-LAKI MEMANDANG PEREMPUAN DAN SEBALIKNYA? bag II

Syaukani, dalam kitabnya Nailul Athar menanggapi
hadits-hadits yang mengatakan paha sebagai aurat, bahwa
hadits-hadits itu hanya menceritakan keadaan (peristiwa),
tidak bersifat umum.

Adapun al-muhaqqiq Ibnul Qayyim mengatakan dalam Tahdzibut
Tahdzib Sunan Abi Daud sebagai berikut:

"Jalan mengompromikan hadits-hadits tersebut ialah apa yang
dikemukakan oleh murid-murid Imam Ahmad dan lainnya bahwa
aurat itu ada dua macam, yaitu mukhaffafah (ringan/keci])
dan mughallazhah (berat/besar). Aurat mughallazhah ialah
qubul dan dubur, sedangkan aurat mukhaffafah ialah paha, dan
tidak ada pertentangan antara perintah menundukkan pandangan
dari melihat paha karena paha itu juga aurat, dan membukanya
karena paha itu aurat mukhaffafah. Wallau a'lam."

Dalam hal ini terdapat rukhshah (keringanan) bagi para
olahragawan dan sebagainya yang biasa mengenakan celana
pendek, termasuk bagi penontonnya, begitu juga bagi para
pandu (pramuka) dan pecinta alam. Meskipun demikian, kaum
muslim berkewajiban menunjukkan kepada peraturan
internasional tentang ciri khas kostum umat Islam dan apa
yang dituntut oleh nilai-nilai agama semampu mungkin.

Perlu diingat bahwa aurat laki-laki itu haram dilihat, baik
oleh perempuan maupun sesama laki-laki. Ini merupakan
masalah yang sangat jelas.

Adapun terhadap bagian tubuh yang tidak termasuk aurat
laki-laki, seperti wajah, rambut, lengan, bahu, betis, dan
sebagainya, menurut pendapat yang sahih boleh dilihat,
selama tidak disertai syahwat atau dikhawatirkan terjadinya
fitnah. Ini merupakan pendapat jumhur fuqaha umat, dan ini
diperlihatkan oleh praktik kaum muslim sejak zaman Nabi dan
generasi sesudahnya, juga diperkuat oleh beberapa hadits
sharih (jelas) dan tidak bisa dicela.

Sebagian fuqaha lagi berpendapat tidak bolehnya wanita
memandang laki-laki secara umum, dengan alasan apa yang
dikemukakan oleh saudara penanya dalam pertanyaannya di
atas.

Adapun hadits Fatimah r.a. di atas tidak ada nilainya
dilihat dari sisi ilmu. Saya tidak melihat satu pun kitab
dari kitab-kitab dalil hukum yang memuat hadits tersebut,
dan tidak ada seorang pun ahli fiqih yang menggunakannya
sebagai dalil. Orang-orang yang sangat ketat melarang wanita
melihat laki-laki pun tidak menyebutkan hadits tersebut. Ia
hanya dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin.

Dalam mentakhrij hadits ini Imam al-Ilraqi berkata,
"Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ad-Daruquthni dalam kitab
al-Afrad dari hadits Ali dengan sanad yang dhatif." (Ihya
Ulumuddin, kitab an-Nikah, Bab Adab al-Mu'asyarah. Dan
disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma'uz Zawaid 2:202 dan
beliau berkata, "Diriwayatkan oleh al-Bazzar, dan dalam
sanadnya terdapat orang yang tidak saya kenal."

Adapun hadits yang satu lagi (hadits Ummu Salamah, seperti
disebutkan penanya; ed.) kami temukan penolakannya
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam meringkas
pendapat mengenai masalah tersebut. Beliau mengatakan dalam
kitab al-Mughni yang ringkasannya sebagai berikut:

"Adapun masalah wanita melihat laki-laki, maka dalam hal ini
terdapat dua riwayat. Pertama, ia boleh melihat laki-laki
asal tidak pada auratnya. Kedua, ia tidak boleh melihat
laki-laki melainkan hanya bagian tubuh yang laki-laki boleh
melihatnya. Pendapat ini yang dipilih oleh Abu Bakar dan
merupakan salah satu pendapat di antara dua pendapat Imam
Syafi'i.

Hal ini didasarkan pada riwayat az-Zuhri dari Ummu Salamah,
yang berkata:

"Aku pernah duduk di sebelah Nabi saw., tiba-tiba Ibnu Ummi
Maktum meminta izin masuk. Kemudian Nabi saw. bersabda,
'Berhijablah kamu daripadanya. 'Aku berkata, Wahai
Rasulullah, dia itu tuna netra.' Beliau menjawab dengan nada
bertanya, 'Apakah kamu berdua (Ummu Salamah dan Maimunah;
penj.) juga buta dan tidak melihatnya?" ( HR Abu Daud. dan
lain-lain)

Larangan bagi wanita untuk melihat aurat laki-laki
didasarkan pada hipotesis bahwa Allah menyuruh wanita
menundukkan pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki
berbuat begitu. Juga didasarkan pada hipotesis bahwa wanita
itu adalah salah satu dari dua jenis anak Adam (manusia),
sehingga mereka haram melihat (aurat) lawan jenisnya.
Haramnya bagi wanita ini dikiaskan pada laki-laki (yang
diharamkan melihat kepada lawan jenisnya).


Alasan utama diharamkannya melihat itu karena dikhawatirkan
teriadinya fitnah. Bahkan, kekhawatiran ini pada wanita
lebih besar lagi, sebab wanita itu lebih besar syahwatnya
dan lebih sedikit (pertimbangan) akalnya.

Nabi saw. bersabda kepada Fatimah binti Qais:

"Beriddahlah enkau di rumah Ibnu Ummi Maktum, karena dia
seorang tuna netra, engkau dapat melepas pakaianmu sedangkan
dia tidak melihatmu."3 (Muttafaq alaih)

Aisyah berkata:

"Adalah Rasulullah saw. melindungiku dengan selendangnya
ketika aku melihat orang-orang Habsyi sedang bernain-main
(tontonan olah raga) dalam masjid." (Muttafaq alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan, pada waktu Rasulullah saw.
selesai berkhutbah shalat Id, beliau menuju kepada kaum
wanita dengan disertai Bilal untuk memberi peringatan kepada
mereka, lalu beliau menyuruh mereka bersedekah.

Seandainya wanita dilarang melihat laki-laki, niscaya
laki-laki juga diwajibkan berhijab sebagaimana wanita
diwajibkan berhijab,4 supaya mereka tidak dapat melihat
laki-laki.

Adapun mengenai hadits Nabhan (hadits kedua yang ditanyakan
si penanya; ed.), Imam Ahmad berkata, "Nabhan meriwayatkan
dua buah hadits aneh (janggal), yakni hadits ini dan hadits,
"Apabila salah seorang di antara kamu mempunyai mukatab
(budak yang mengadakan perjanjian dengan tuannya untuk
menebus dirinya), maka hendaklah ia berhijab daripadanya."
Dari pernyataan ini seakan-akan Imam Ahmad mengisyaratkan
kelemahan hadits Nabhan tersebut, karena dia tidak
meriwayatkan selain dua buah hadits yang bertentangan dengan
ushul ini.

Ibnu Abdil Barr berkata, "Nabhan itu majhul, ia tidak
dikenal melainkan melalui riwayat az-Zuhri terhadap hadits
ini; sedangkan hadits Fatimah itu sahih, maka berhujjah
dengannya adalah suatu keharusan."

Kemudian Ibnu Abdil Barr memberikan kemungkinan bahwa hadits
Nabhan itu khusus untuk istri-istri Nabi saw.

Demikianlah yang dikatakan Imam Ahmad dan Abu Daud.

Al-Atsram berkata, "Aku bertanya kepada Abi Abdillah,
'Hadits Nabhan ini tampaknya khusus untuk istri-istri Nabi,
sedangkan hadits Fatimah untuk semua manusia? Beliau
menjawab, 'Benar.'5

Kalaupun hadits-hadits ini dianggap bertentangan, maka
mendahulukan hadits yang sahih itu lebih utama daripada
mengambil hadits mufrad (diriwayatkan oleh perseorangan)
yang dalam isnadnya terdapat pembicaraan." (Ibnu Qudamah,
al-Mughni 6:563-564).

Jadi, memandang itu hukumnya boleh dengan syarat jika tidak
dibarengi dengan upaya "menikmati" dan bersyahwat. Jika
dengan menikmati dan bersyahwat, maka hukumnya haram. Karena
itu, Allah menyuruh kaum mukminah menundukkan sebagian
pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki menundukkan
sebagian pandangannya. Firman Allah:

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka
menahan pendangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah
kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya.'" (an-Nur: 30-31 )

Memang benar bahwa wanita dapat membangkitkan syahwat
laki-laki lebih banyak daripada laki-laki membangkitkan
syahwat wanita, dan memang benar bahwa wanita lebih banyak
menarik laki-laki, serta wanitalah yang biasanya dicari
laki-laki. Namun, semua ini tidak menutup kemungkinan bahwa
di antara laki-laki ada yang menarik pandangan dan hati
wanita karena kegagahan, ketampanan, keperkasaan, dan
kelelakiannya, atau karena faktor-faktor lain yang menarik
pandangan dan hati perempuan.

Al-Qur'an telah menceritakan kepada kita kisah istri
pembesar Mesir dengan pemuda pembantunya, Yusuf, yang telah
menjadikannya dimabuk cinta. Lihatlah, bagaimana wanita itu
mengejar-ngejar Yusuf, dan bukan sebaliknya, serta bagaimana
dia menggoda Yusuf untuk menundukkannya seraya berkata,
"Marilah ke sini." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada
Allah." (An-Nur: 23)

Al-Qur'an juga menceritakan kepada kita sikap wanita-wanita
kota ketika pertama kali mereka melihat ketampanan dan
keelokan serta keperkasaan Yusuf:

"Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan
mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya
bagi mereka tempat duduk dan diberikannya kepada
masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan),
kemudian dia berkata (kepada Yusut), 'Keluarlah
(tampakkanlah dirimu) kepada mereka.' Maka tatkala
wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan
rupa)-nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata,
'Maha sempuma Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini
hanyalah malaikat yang mulia.' Wanita itu berkata, 'Itulah
orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan
sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan
dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya
jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya,
niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan
orang-orang yang hina." (Yusuf: 31-32)

Apabila seorang wanita melihat laki-laki lantas timbul
hasrat kewanitaannya, hendaklah ia menundukkan pandangannya.
Janganlah ia terus memandangnya, demi menjauhi timbulnya
fitnah, dan bahaya itu akan bertambah besar lagi bila si
laki-laki juga memandangnya dengan rasa cinta dan syahwat.
Pandangan seperti inilah yang dinamakan dengan "pengantar
zina" dan yang disifati sebagai "panah iblis yang beracun,"
dan ini pula yang dikatakan oleh penyair:

"Semua peristiwa (perzinaan) itu bermula dari memandang. Dan
api yang besar itu berasal dari percikan api yang kecil."

Akhirnya, untuk mendapat keselamatan, lebih baik kita
menjauhi tempat-tempat dan hal-hal yang mendatangkan
keburukan dan bahaya. Kita memohon kepada Allah keselamatan
dalam urusan agama dan dunia. Amin.

Catatan kaki:

1 Takhrijnya akan dibicarakan nanti.
2 Perlu diperhatikan bahwa Imam Bukhari men-ta'liq-kan
(menyebutkan hadits secara langsung tanpa menyebutkan
nama orang yang menyampaikan kepadanya) dengan menggunakan
bentuk kata ruwiya (diriwayatkan), yang menunjukkan bahwa
riwayat itu dha'if menurut beliau, sebagaimana dijelaskan
dalam biografi beliau.
3 Dalam riwayat Muslim dikatakan, "Karena aku (Nabi saw.)
tidak suka kerudungmu jatuh dari tubuhmu arau tersingkap
betismu, lantas ada sebagian tubuhmu yang dilihat orang
lain, yang engkau tidak menyukainya."
Ini dimaksudkan bahwa Rasulullah saw. bersikap lemah
lembut kepadanya dan hendak memberinya kemudahan sehingga
dia sepanjang hari tidak menutup seluruh tubuhnya terus
menerus kalau ia bertempat tinggal di rumah ummu Syuraik
yang banyak tamunya. Sedangkan Ibnu ummi Maktum yang tuna
netra itu tidak mungkin dapat melihatnya, sehingga dengan
demikian dia mendapatkan sedikit keringanan.
4 Kalau yang dimaksud dengan "hijab" di sini ialah memakai
cadar dan menutup wajah, maka hal ini perlu dikaji, dan kami
telah memberikan penolakan secara rinci dalam fatwa kami
tentang "Apakah Cadar itu Wajib?"
5 Setelah meriwayatkan hadits ini Abu Daud berkata, "Ini
adalah untuk istri-istri Nabi saw, secara khusus, apakah
tidak Anda perhatikan ber'iddahnya Fatimah binti Qais di
sisi Ibnu Ummi Maktum?." Lihat Sunnan Abi Daud, hadits nomor
4115.

Dr. Yusuf Qardhawi


Readmore »»

Bolehkah Lelaki Memandang Perempuan dan Sebaliknya ? bag I

Allah menciptakan seluruh makhluk hidup berpasang-pasangan,
bahkan menciptakan alam semesta ini pun berpasang-pasangan,
sebagaimana firman-Nya:

"Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasang-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui"
(Yasin: 36)

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat akan kebesaran Allah." (ad-Dzaariyat: 49)

Berdasarkan sunnah kauniyah (ketetapan Allah) yang umum ini,
manusia diciptakan berpasang-pasangan, terdiri dari jenis
laki-laki dan perempuan, sehingga kehidupan manusia dapat
berlangsung dan berkembang. Begitu pula dijadikan daya tarik
antara satu jenis dengan jenis lain, sebagai fitrah Allah
untuk manusia.

Setelah menciptakan Adam, Allah menciptakan (dari dan untuk
Adam) seorang istri supaya ia merasa tenang hidup dengannya,
begitu pula si istri merasa tenang hidup bersamanya. Sebab,
secara hukum fitrah, tidak mungkin ia (Adam) dapat merasa
bahagia jika hanya seorang diri, walaupun dalam surga ia
dapat makan minum secara leluasa.

Seperti telah saya singgung di muka bahwa taklif ilahi
(tugas dari Allah) yang pertama adalah ditujukan kepada
kedua orang ini sekaligus secara bersama-sama, yakni Adam
dan istrinya:

"... Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana
saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."
(al-Baqarah: 35)

Maka hiduplah mereka didalam surga bersama-sama, kemudian
memakan buah terlarang bersama-sama, bertobat kepada Allah
bersama-sama, turun ke bumi bersama-sama, dan mendapatkan
taklif-taklif ilahi pun bersama-sama:

"Allah beffirman, Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang
lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka." (Thaha: 123)

Setelah itu, berlangsunglah kehidupan ini. Laki-laki selalu
membutuhkan perempuan, tidak dapat tidak; dan perempuan
selalu membutuhkan laki-laki, tidak dapat tidak. "Sebagian
kamu adalah dari sebagian yang lain." Dari sini tugas-tugas
keagamaan dan keduniaan selalu mereka pikul bersama-sama.

Karena itu, tidaklah dapat dibayangkan seorang laki-laki
akan hidup sendirian, jauh dari perempuan, tidak melihat
perempuan dan perempuan tidak melihatnya, kecuali jika sudah
keluar dari keseimbangan fitrah dan menjauhi kehidupan,
sebagaimana cara hidup kependetaan yang dibikin-bikin kaum
Nasrani. Mereka adakan ikatan yang sangat ketat terhadap
diri mereka dalam kependetaan ini yang tidak diakui oleh
fitrah yang sehat dan syariat yang lulus, sehingga mereka
lari dari perempuan, meskipun mahramnya sendiri, ibunya
sendiri, atau saudaranya sendiri. Mereka mengharamkan atas
diri mereka melakukan perkawinan, dan mereka menganggap
bahwa kehidupan yang ideal bagi orang beriman ialah
laki-laki yang tidak berhubungan dengan perempuan dan
perempuan yang tidak berhubungan dengan laki-laki, dalam
bentuk apa pun.

Tidak dapat dibayangkan bagaimana wanita akan hidup
sendirian dengan menjauhi laki-laki. Bukankah kehidupan itu
dapat tegak dengan adanya tolong-menolong dan bantu-membantu
antara kedua jenis manusia ini dalam urusan-urusan dunia dan
akhirat?

"Dan orang-orangyang beriman, laki-laki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang
lain..." (at-Taubah: 71)

Telah saya kemukakan pula pada bagian lain dari buku ini
bahwa Al-Qur'an telah menetapkan wanita - yang melakukan
perbuatan keji secara terang-terangan - untuk "ditahan" di
rumah dengan tidak boleh keluar dari rumah, sebagai hukuman
bagi mereka - sehingga ada empat orang laki-laki muslim yang
dapat memberikan kesaksian kepadanya. Hukuman ini terjadi
sebelum ditetapkannya peraturan (tasyri') dan diwajibkannya
hukuman (had) tertentu. Allah berfirman:


"Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,
hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang
menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam
rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan yang lain kepadanya." (an-Nisa': 15)

Hakikat lain yang wajib diingat di sini - berkenaan dengan
kebutuhan timbal balik antara laki-laki dengan perempuan -
bahwa Allah SWT telah menanamkan dalam fitrah masing-masing
dari kedua jenis manusia ini rasa ketertarikan terhadap
lawan jenisnya dan kecenderungan syahwati yang instinktif.
Dengan adanya fitrah ketertarikan ini, terjadilah pertemuan
(perkawinan), dan reproduksi, sehingga terpeliharalah
kelangsungan hidup manusia dan planet bumi ini.

Kita tidak boleh melupakan hakikat ini, ketika kita
membicarakan hubungan laki-laki dengan perempuan atau
perempuan dengan laki-laki. Kita tidak dapat menerima
pernyataan sebagian orang yang mengatakan bahwa dirinya
lebih tangguh sehingga tidak mungkin terpengaruh oleh
syahwat atau dapat dipermainkan oleh setan.

Dalam kaitan ini, baiklah kita bahas secara satu persatu
antara hukum memandang laki-laki terhadap perempuan dan
perempuan terhadap laki-laki.

LAKI-LAKI MEMANDANG PEREMPUAN

Bagian pertama dari pernyataan ini sudah kami bicarakan
dalam Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid I tentang wajib tidaknya
memakai cadar, dan kami menguatkan pendapat jumhur ulama
yang menafsirkan firman Allah:

"... Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang (biasa) tampak daripadanya... " (an-Nur: 31 )

Menurut jumhur ulama, perhiasan yang biasa tampak itu ialah
"wajah dan telapak tangan." Dengan demikian, wanita boleh
menampakkan wajahnya dan kedua telapak tangannya, bahkan
(menurut pendapat Abu Hanifah dan al-Muzni) kedua kakinya.

Apabila wanita boleh menampakkan bagian tubuhnya ini (muka
dan tangan/kakinya), maka bolehkah laki-laki melihat
kepadanya ataukah tidak?

Pandangan pertama (secara tiba-tiba) adalah tidak dapat
dihindari sehingga dapat dihukumi sebagai darurat. Adapun
pandangan berikutnya (kedua) diperselisihkan hukumnya oleh
para ulama.

Yang dilarang dengan tidak ada keraguan lagi ialah melihat
dengan menikmati (taladzdzudz) dan bersyahwat, karena ini
merupakan pintu bahaya dan penyulut api. Sebab itu, ada
ungkapan, "memandang merupakan pengantar perzinaan." Dan
bagus sekali apa yang dikatakan oleh Syauki ihwal memandang
yang dilarang ini, yakni:

"Memandang (berpandangan) lalu tersenyum, lantas mengucapkan
salam, lalu bercakap-cakap, kemudian berjanji, akhirnya
bertemu."

Adapun melihat perhiasan (bagian tubuh) yang tidak biasa
tampak, seperti rambut, leher, punggung, betis, lengan
(bahu), dan sebagainya, adalah tidak diperbolehkan bagi
selain mahram, menurut ijma. Ada dua kaidah yang menjadi
acuan masalah ini beserta masalah-masalah yang berhubungan
dengannya.

Pertama, bahwa sesuatu yang dilarang itu diperbolehkan
ketika darurat atau ketika dalam kondisi membutuhkan,
seperti kebutuhan berobat, melahirkan, dan sebagainya,
pembuktikan tindak pidana, dan lain-lainnya yang diperlukan
dan menjadi keharusan, baik untuk perseorangan maupun
masyarakat.

Kedua, bahwa apa yang diperbolehkan itu menjadi terlarang
apabila dikhawatirkan terjadinya fitnah, baik kekhawatiran
itu terhadap laki-laki maupun perempuan. Dan hal ini apabila
terdapat petunjukpetunjuk yang jelas, tidak sekadar perasaan
dan khayalan sebagian orang-orang yang takut dan ragu-ragu
terhadap setiap orang dan setiap persoalan.

Karena itu, Nabi saw. pernah memalingkan muka anak pamannya
yang bernama al-Fadhl bin Abbas, dari melihat wanita
Khats'amiyah pada waktu haji, ketika beliau melihat al-Fadhl
berlama-lama memandang wanita itu. Dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah saw.,
"Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?" Beliau saw.
menjawab, "Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi,
maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap
mereka."

Kekhawatiran akan terjadinya fitnah itu kembali kepada hati
nurani si muslim, yang wajib mendengar dan menerima fatwa,
baik dari hati nuraninya sendiri maupun orang lain. Artinya,
fitnah itu tidak dikhawatirkan terjadi jika hati dalam
kondisi sehat, tidak dikotori syahwat, tidak dirusak syubhat
(kesamaran), dan tidak menjadi sarang pikiran-pikiran yang
menyimpang.

WANITA MEMANDANG LAKI-LAKI

Diantara hal yang telah disepakati ialah bahwa melihat
kepada aurat itu hukumnya haram, baik dengan syahwat maupun
tidak, kecuali jika hal itu terjadi secara tiba-tiba, tanpa
sengaja, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits sahih dari
Jarir bin Abdullah, ia berkata:

"Saya bertanya kepada Nabi saw. Tentang memandang (aurat
orang lain) secara tiba-tiba (tidak disengaja). Lalu beliau
bersabda, 'Palingkanlah pandanganmu.'" (HR Muslim)

Lantas, apakah aurat laki-laki itu? Bagian mana saja yang
disebut aurat laki-laki?

Kemaluan adalah aurat mughalladhah (besar/berat) yang telah
disepakati akan keharaman membukanya di hadapan orang lain
dan haram pula melihatnya, kecuali dalam kondisi darurat
seperti berobat dan sebagainya. Bahkan kalau aurat ini
ditutup dengan pakaian tetapi tipis atau menampakkan
bentuknya, maka ia juga terlarang menurut syara'.

Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa paha laki-laki termasuk
aurat, dan aurat laki-laki ialah antara pusar dengan lutut.
Mereka mengemukakan beberapa dalil dengan hadits-hadits yang
tidak lepas dari cacat. Sebagian mereka menghasankannya dan
sebagian lagi mengesahkannya karena banyak jalannya,
walaupun masing-masing hadits itu tidak dapat dijadikan
hujjah untuk menetapkan suatu hukum syara'.

Sebagian fuqaha lagi berpendapat bahwa paha laki-laki itu
bukan aurat, dengan berdalilkan hadits Anas bahwa Rasulullah
saw. pernah membuka pahanya dalam beberapa kesempatan.
Pendapat ini didukung oleh Muhammad Ibnu Hazm.

Menurut mazhab Maliki sebagaimana termaktub dalam
kitab-kitab mereka bahwa aurat mughalladhah laki-laki ialah
qubul (kemaluan) dan dubur saja, dan aurat ini bila dibuka
dengan sengaja membatalkan shalat.

Para fuqaha hadits berusaha mengompromikan antara
hadits-hadits yang bertentangan itu sedapat mungkin atau
mentarjih (menguatkan salah satunya). Imam Bukhari
mengatakan dalam kitab sahihnya "Bab tentang Paha,"
diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Jurhud, dan Muhammad bin-Jahsy
dari Nabi saw. bahwa paha itu aurat, dan Anas berkata, "Nabi
saw. pernah membuka pahanya." Hadits Anas ini lebih kuat
sanadnya, sedangkan hadits Jurhud lebih berhati-hati.2

Readmore »»

Hakekat Jilbab

A'udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim.
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim.
Assalamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Asyhadu anla ilaaha Ilallah, wahdahulaa syariikalah, wa ashadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuluh, laa nabiya ba'dah. Alhamdulillaahirobbil 'alamiin, washolatu wa salamu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallaahu wata'ala, yang mana kita telah diberi nikmat. Antara lain nikmat: Islam, Iman, Ihsan, nikmat sehat wal afiat, nikmat panjang umur dan dengan izin-Nya pula kita bisa berkumpul disini. Kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan, mohon ampunan serta berkah dan inayah-Nya, kepada-Nya pula kita memohon perlindungan agar kita dijaga dari keburukan jiwa dan perbuatan. Orang yang memperoleh hidayah Allah tidak akan tersesat dan orang yang disesatkan Allah tidak ada orang yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Shalawat, salam, Rahmat dan keselamatan semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat-sahabatnya, para pengikut-pengikutnya yang setia muslim dan muslimat, mukmin dan mukminat. Yang mana beliau telah menyelamatkan, telah memberi penerangan, telah memberi petunjuk kejalan yang benar, menuju selamat didunia sampai di akhirat nanti, insya Allah, amien ya Rabbal 'alamiin.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudaraku dan Adik-adiku yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'aala.

Detik kedetik, menit kemenit, jam kejam, hari kehari, bulan kebulan lama-lama menjadi tahun, tidak terasa umur kita sudah berapa sekarang? Kata Imam Al Gozali : " Apakah yang paling dekat dengan kita" yang paling dekat dengan kita adalah maut. Mau kemana nantinya, sudah pasti menuju kealam kubur dan akhirnya surga atau neraka tempat yang abadi buat kita.

Disini saya mengingatkan, keluarga saya dan anak-anak saya khususnya dan bagi pembaca umumnya (kaum hawa) untuk mengetahui apa "HAKEKAT MEMAKAI JILBAB", dibawah ini penulis sampaikan kisah nyata yang terjadi pada adik perempuan sahabat saya dari Madiun, yang bekerja di salah satu perusahaan asing, adik perempuannya meninggal dalam usia remaja (alias ABG).

"HAKEKAT MEMAKAI JILBAB"

Kisah ini saya dapat dari sahabatku yang bekerja di salah satu perusahaan asing, di Kaltim: Disini saya kutibkan kisah nyata seorang gadis yang menginjak remaja atau kerennya jaman sekarang (ABG) yang sebelumnya tidak karuan tingkah lakunya, namun setelah sadar akan kekeliruannya dan sudah mengerti "HIGMAH MEMAKAI JILBAB" Allah memanggilnya.

Kisah nyata ini dari kawan saya bekerja.
Kisah nyata ini semoga berguna bagi yang membacanya, terutama kaum Hawa, juga bagi yang punya istri, yang punya anak perempuan, adik perempuan, saudara perempuan, kakak perempuan, yang masih punya Ibu, yang punya keponakan perempuan........

Sahabatku menceritakan:
Ini cerita tentang adikku Nur Annisa , gadis yang baru beranjak dewasa namun rada Bengal dan tomboy. Pada saat umur adikku menginjak 17 tahun, perkembangan dari tingkah lakunya rada mengkhawatirkan ibuku , banyak teman cowoknya yang datang kerumah dan itu tidak mengenakkan ibuku sebagai seorang guru ngaji.

Untuk mengantisipasi hal itu ibuku menyuruh adikku memakai jilbab, namun selalu ditolaknya hingga timbul pertengkaran pertengkaran kecil diantara mereka. Pernah satu kali adikku berkata dengan suara yang rada keras: "Mama coba lihat deh , tetangga sebelah anaknya pakai jilbab namun kelakuannya ngga beda beda ama kita kita , malah teman teman Ani yang disekolah pake jilbab dibawa om om , sering jalan jalan , masih mending Ani, walaupun begini-gini ani nggak pernah ma kaya gituan " , bila sudah seperti itu ibuku hanya mengelus dada, kadangkala di akhir malam kulihat ibuku menangis , lirih terdengar doanya: "Ya Allah , kenalkan Ani dengan hukum Engkau ya Allah ".

Pada satu hari didekat rumahku, ada tetangga baru yang baru pindah. Satu keluarga dimana mempunyai enam anak yang masih kecil kecil. Suaminya bernama Abu Khoiri ,(bukan Effendy Khoiri lhoo)(entah nama aslinya siapa) aku kenal dengannya waktu di masjid.

Setelah beberapa lama mereka pindah timbul desas desus mengenai istri dari Abu Khoiri yang tidak pernah keluar rumah , hingga dijuluki si buta , bisu dan tuli. Hal ini terdengar pula oleh Adikku , dan dia bertanya sama aku: "Kak , memang yang baru pindah itu istrinya buta , bisu dan tuli ? "..hus aku jawab sambil lalu" kalau kamu mau tau datangin aja langsung kerumahnya".

Eehhh tuuh, anak benar benar datang kerumah tetangga baru. Sekembalinya dari rumah tetanggaku ,

kulihat perubahan yang drastis pada wajahnya, wajahnya yang biasa cerah nggak pernah muram atau lesu mejadi pucat pasi….entah apa yang terjadi.?

Namun tidak kusangka selang dua hari kemudian dia meminta pada ibuku untuk dibuatkan Jilbab ..yang panjang, lagi..rok panjang, lengan panjang…aku sendiri jadi bingung….aku tambah bingung campur syukur kepada Allah SWT karena kulihat perubahan yang ajaib..yah kubilang ajaib karena dia berubah total..tidak banyak lagi anak cowok yang datang kerumah atau teman teman wanitanya untuk sekedar bicara yang nggak karuan...kulihat dia banyak merenung, banyak baca baca majalah islam yang biasanya dia suka beli majalah anak muda kaya gadis atau femina ganti jadi majalah majalah islam , dan kulihat ibadahnya pun melebihi aku …tak ketinggalan tahajudnya, baca Qur'annya, sholat sunat nya…dan yang lebih menakjubkan lagi....bila teman ku datang dia menundukkan pandangan…Segala puji bagi Engkau ya Allah SWT jerit hatiku..
Tidak berapa lama aku dapat panggilan kerja di kalimantan, kerja di satu perusahaan asing (PMA). Dua bulan aku bekerja disana aku dapat kabar bahwa adikku sakit keras hingga ibuku memanggil ku untuk pulang ke rumah (rumahku di Madiun). Di pesawat tak henti hentinya aku berdoa kepada Allah SWT agar Adikku di beri kesembuhan, namun aku hanya berusaha, ketika aku tiba di rumah, didepan pintu sudah banyak orang, tak dapat kutahan aku lari masuk kedalam rumah, kulihat ibuku menangis, aku langsung menghampiri dan memeluk ibuku, sambil tersendat sendat ibuku bilang sama aku: "Dhi, adikkmu bisa ucapkan dua kalimat Syahadah diakhir hidupnya "..Tak dapat kutahan air mata ini...
Setelah selesai acara penguburan dan lainnya, iseng aku masuk kamar adikku dan kulihat Diary diatas mejanya..diary yang selalu dia tulis, Diary tempat dia menghabiskan waktunya sebelum tidur kala kulihat sewaktu almarhumah adikku masih hidup, kemudian kubuka selembar demi selembar...hingga tertuju pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hatiku..perubahan yang terjadi ketika adikku baru pulang dari rumah Abu Khoiri…disitu kulihat tanya jawab antara adikku dan istri dari tetanggaku, isinya seperti ini :


Tanya jawab ( kulihat dilembaran itu banyak bekas tetesan airmata )

Annisa : Aku berguman (wajah wanita ini cerah dan bersinar layaknya bidadari), ibu, wajah ibu sangat muda dan cantik.

Istri tetanggaku : Alhamdulillah, sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.

Annisa : Tapi ibu kan udah punya anak enam, tapi masih kelihatan cantik.

Istri tetanggaku : Subhanallah, sesungguhnya keindahan itu milik Allah SWT dan bila Allah SWT berkehendak, siapakah yang bisa menolaknya.

Annisa : Ibu, selama ini aku selalu disuruh memakai jilbab oleh ibuku, namun aku selalu menolak karena aku pikir nggak masalah aku nggak pakai jilbab asal aku tidak macam macam dan kulihat banyak wanita memakai jilbab namun kelakuannya melebihi kami yang tidak memakai jilbab, hingga aku nggak pernah mau untuk pakai jilbab, menurut ibu bagaimana?

Istri tetanggaku : Duhai Annisa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan muhrim kita semuanya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT diakhirat nanti, jilbab adalah hijab untuk wanita.

Annisa : Tapi yang kulihat banyak wanita yang memakai jilbab yang kelakuannya nggak enak, nggak karuan.

Istri Tetanggaku : Jilbab hanyalah kain, namun hakekat atau arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami.

Annisa : Apa itu hakekat jilbab ?

Istri Tetanggaku : Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin. Hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan muhrim kamu. Hijab lidah kamu dari berghibah (ghosib) dan kesia siaan, usahakan selalu berdzikir kepada Allah SWT. Hijab telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu maupun masyarakat. Hijab hidungmu dari mencium cium segala yang berbau busuk. Hijab tangan-tangan kamu dari berbuat yang tidak senonoh. Hijab kaki kamu dari melangkah menuju maksiat.

Hijab pikiran kamu dari berpikir yang mengundang syetan untuk memperdayai nafsu kamu. Hijab hati kamu dari sesuatu selain Allah SWT, bila kamu sudah bisa maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari hati kamu, itulah hakekat jilbab.

Annisa : Ibu aku jadi jelas sekarang dari arti jilbab, mudah mudahan aku bisa pakai jilbab, namun bagaimana aku bisa melaksanakan semuanya.

Istri tetanggaku : Duhai Anisa bila kamu memakai jilbab itulah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rahmat, yang Maha Penyayang, bila kamu mensyukuri rahmat itu kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan amalan jilbab hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT.

Duhai Anisa, ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Ketika ditiup terompet yang kedua kali, pada saat roh roh manusia seperti anai anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun tumbuhan.

Ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika seluruh Nabi ketakutan. Ketika ibu tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya, sanak saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa menjadi musuh, satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada dialam ini.

Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya memperdulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya, dan rupa rupa bentuk manusia bermacam macam tergantung dari amalannya, ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan, semuanya menangis, menangis karena hari itu Allah SWT murka, belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu, hingga ribuan tahun manusia didiamkan Allah SWT dipadang mahsyar yang panas membara hingga Timbangan Mizan digelar itulah hari Yaumul Hisab.

Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal dihari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung, Allah SWT. Di Yaumul Hisab nanti! Di Hari Perhitungan nanti!!

Sampai disini aku baca diarynya karena kulihat, berhenti dan banyak tetesan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya, Subhanallah, kubalik lembar berikutnya dan kulihat tulisan, kemudian kulihat tulisan kecil di bawahnya: buta, tuli dan bisu, wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain muhrimnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah SWT, wanita yang tidak pernah berbicara ghibah, ghosib dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia sia tak tahan airmata ini pun jatuh membasahi diary.

Itulah yang dapat saya baca dari diarynya, semoga Allah SWT menerima Adikku di sisinya, Amin , Subhanallah.

Bapak-Bapak, Ibu-ibu, Saudara-Saudaraku, adik-adikku dan Anak-anakku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Khususnya kaum hawa.

Saya mengharap kisah nyata ini bisa menjadi iktibar, menjadi pelajaran bagi kita , bagi putri-putri kita semua. Semoga meresap dihati yang membacanya dan semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk, memberi Rahmat, hidayah bagi yang membaca dan menghayatinya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan iman kita untuk menjalankan (memenuhi) segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa-apa yang dilarang-Nya, dan mendapat derajat takwa yang tinggi, selamat didunia sampai di akhirat nanti, mendapat pertolongan dan syafa'at di hari yaumul hisab dan mendapat surga yang tinggi, amien. Wallaahu a'lam bish shawab, billaahi taufik wal hidayah. Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Bila anda mau beramal saleh, kertas ini setelah dibaca jangan disobek, berikan kepada orang lain agar dibaca, supaya menambah iman dan taqwa mereka, insya Allah.

Dikutib oleh H.Muhammad Sukarman.
Pisangan RT 05 RW 03 No.25 Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur 13940.
Tlp. 021-4604785.(rumah), 021-718 9104 (kantor)Email: sukarman@petrosea.com


Readmore »»

Tuesday, May 13, 2008

Tobat

BETAPA pun Rasulullah saw sudah menjanjikan bahwa satu kebaikan akan dilipatgandakan balasannya menjadi sepuluh kali lipat dan satu kesalahan hanya dicatat satu. Tapi, kalau kita mau jujur, hari-hari yang kita jalani membuat dosa kita lebih banyak dari pada ganjaran yang harus kita raih. Padahal detik demi detik berlalu, usia kita semakin berkurang, sedang dosa kian membumbung tinggi.

Allah Maha pemurah, Dia menyiapkan fasilitas taubat dan dengannya akan dihabiskan seluruh dosa-dosa sekiranya kita bertaubat dengan taubatan nasuha (taubat yang sebenar-benarnya). Perintah untuk bersegera dalam bertaubat telah Allah jelaskan dalam firman-Nya, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Demikian pula Rasulullah menuntun umatnya untuk bertaubat, "Takutlah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan susulilah keburukan dengan perbuatan kebaikan, pasti akan menghapusnya".


Kian hari jatah hidup kita kian sedikit, mau tidak mau umur kita semakin habis. Tapi kalau mau jujur, dosa kita kian banyak. Kita bukan malaikat, pasti ada peluang tergelincir. Tapi, insya Allah kita juga bukan setan, peluang untuk selamat juga sangat besar. Oleh karena itu, jangan takut oleh dosa besar yang sudah terjadi, jikalau disertai dengan taubat. Karena, tidak ada dosa besar kecuali orang yang telanjur berburuk sangka pada ampunan Allah. Dosa sebesar gunung, ampunan Allah bisa seluas langit dan bumi. Barang siapa yang merasa berlumur dan bergelimang maksiat, maka ampunan Allah lebih besar lagi. Justru orang yang tidak mau taubat itu yang jadi masalah. Namun jangan menganggap remeh dosa-dosa kecil, karena tidak ada yang kecil bagi Allah. Semua perbuatan akan diperhitungkan.

Ampunan Allah itu benar-benar memesona. Maka, taubat nasuha merupakan sebuah indikasi bahwa kita benar-benar telah taubat. Seperti apa taubat nasuha itu? Rasulullah saw saja setiap hari minimal 100 kali beristigfar memohon ampunan, padahal beliau dipelihara dari dosa dan dijamin akan masuk surga.

Ada tiga langkah dalam mengupayakan taubat nasuha ini. Pertama, kita harus belajar menyesali perbuatan kita. Tidak termasuk orang yang bertaubat yang merasa bangga dengan kebusukan masa lalunya. Jangan sampai kita berpikir untuk mengulanginya lagi. Nah, kita harus berpikir, mengapa hidup ini harus kita sia-siakan? Mengapa mata ini berlumur dosa? Mengapa tubuh saya bergelimang maksiat? Rasa sakit, perih penyesalan, itulah tanda-tanda kualitas taubat.

Kedua, secara eksplisit kita memohon ampunan. Bisa misalnya dengan doa Robbanaa zholamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamna lanakuunannaa minal khoosiriin. (Ya Allah, saya sudah zalim pada diri ini. Kalau Engkau tidak ampuni, maka celakalah saya). Taubat harus disertai dengan cara eksplisit yaitu atau dengan doa taubat seperti Nabi Yunus a.s., laa ilaaha illaa anta, subhaanaka innii kuntu minazhzhaalimiin. Berdoa memohon ampunan Allah bisa menggunakan bahasa apa saja asalkan tulus.

Dan yang ketiga adalah keinginan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa lagi. Bukan hanya tidak mengulanginya lagi, niat untuk mengulanginya juga harus tidak ada. Jangan sampai kita bertaubat, tapi kita juga punya rencana untuk mengulanginya lagi. Dan seperti yang diungkapkan oleh hadits Rasulullah saw, bahwa salah satu komponen kesempurnaan taubat adalah melanjutkannya dengan berbuat kebaikan. Kalau dulu kita pernah mengambil uang secara kurang halal, selain kita harus membersihkan diri, kita juga harus mengembalikannya pada yang berhak, dan perbanyaklah shadaqah. Kalau pernah merasa mabuk, minum minuman yang haram, makan makanan haram, selain dengan taubat, banyak-banyaklah sedekah. Kalau kita pernah menyakiti seseorang, selain kita perlu minta maaf, perbanyaklah menolong orang, doakan kebaikan, dan hati-hatilah agar tidak menyakiti lagi.

Sebusuk-busuk dosa adalah justru orang yang tidak mau bertaubat. Hati-hati, orang yang baik itu adalah orang yang merasa berlumur dosa, dibanding merasa jadi orang yang saleh. Jangan meremehkan preman yang bertaubat, karena siapa tahu taubatnya lebih bagus daripada taubat kita yang merasa sudah banyak amal. Kalau ada seorang yang menjerit dalam hati memohon ampunan kepada Allah, berderai air mata, karena dia berlumur dosa, jangan kita remehkan, siapa tahu taubatnya itu selain diampuni, juga menghabiskan dosa-dosanya yang lain.

Kita bisa tahu apakah taubat seseorang itu diterima atau tidak. Cirinya adalah terjadinya perubahan pada diri setelah dia bertaubat. Orang yang berubah menjadi semakin baik, dia mendapatkan taufik dari Allah SWT. Orang yang bertaubat jadi senang mencari ilmu. Kalau orang taubatnya bagus, dia akan makin senang ke agama. Dia akan lebih sering menghadiri majelis taklim, memutar kaset dan menyetel radio untuk menumbuhkan ruh Islamnya, atau melihat acara TV yang dapat menambah kualitas ilmunya.

Ciri kedua, dia makin senang berbuat kebaikan. Salatnya jadi makin bagus, makin tepat waktu, senang berjamaah, sedekahnya kian melimpah. "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka" (Q.S. Alankabut: 69).

Dan orang yang sungguh-sungguh kepada Allah, maka Allah lebih bersungguh-sungguh lagi menunjukkan jalan-Nya. Orang yang taubatnya bagus, maka akhlaknya pun akan makin bagus, kian dermawan, tampak ada peningkatan berarti.

Kita disuruh untuk bersegera memohon ampunan dan memperbanyak istigfar pada Allah SWT atas dosa yang telah kita lakukan, karena orang yang banyak istighfar itu insya Allah batinnya akan lebih tenteram, akan selalu ada jalan keluar bagi segala permasalahan yang dihadapinya dan Allah akan mewariskan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Makin banyak kita bertaubat, insya Allah kita akan makin siap untuk berpulang pada-Nya.

Kalau kita meminta maaf jangan pakai embel-embel! Taubat terus, jangan sungkan meminta maaf walaupun pada anak sendiri. Jangan tunda lagi terutama sepertiga malam menjelang subuh. Itu adalah saat taubat yang paling baik. Menjelang magrib dari asar, saat ibadah haji, atau saat bulan Ramadan. Beristigfarlah terus, baik sambil berjalan, duduk, bahkan sambil berbaring.

Ada keterangan dari Rasul tentang taubat kumat atau dikenal dengan tomat. Jika kita taubat, lalu tergelincir lagi, dan taubat lagi, dan tergelincir lagi, sampai kita bosan taubat, Allah tidak akan pernah bosan untuk menerima taubat kita. Yang penting, kita tidak boleh merencanakannya. Karena kalau sudah direncanakan, tidak termasuk taubat. Sebab merencanakan taubat berarti merencanakan berbuat dosa sebelumnya.

Perbanyaklah taubat! Gunakanlah salah satu cara yang efektif. Mulailah kita membuat daftar dosa kita kepada Allah, kepada orang tua, pada tetangga, dan lain sebagainya. Lalu kita terus memohon ampunan atas semua dosa-dosa kita itu. Dan lakukanlah hal tersebut terus-menerus agar saat nanti kita dipanggil oleh-Nya kita telah siap.

Orang yang ahli istigfar seperti sebingkai cermin. Cermin, jika dibersihkan terus-menerus akan mengilap. Dengan itu, dia bisa bercermin dan orang lain juga bisa. Makin bersih diri kita, insya Allah kita akan menjadi suri teladan bagi orang yang meniru kita dan insya Allah ganjarannya pun adalah untuk kita sendiri juga. WAllahua'lam.***
Oleh: Aa' Gym

Readmore »»

Berjilbab Dulu Atau Memperbaiki Hati Dulu?

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihihi ajma'in, wa ba'du.

Antara hati dan perbuatan sebenarnya sama-sama penting, sehingga tidak perlu dipilih mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Lagi pula, sulit untuk menilai urusan hati atau membuat standarisasinya. Kalau alasan belum mau pakai jilbab karena hatinya ingin diberesi dulu, sebenarnya agak mengada-ada. Sebab siapa yang akan menilai bahwa hati seseorang sudah bersih dan baik? Dan bagaimana cara menilainya? Lalu sampai kapankah hatinya sudah bersih dan siap untuk pakai jilbab?

Sebenarnya kewajiban memakai jilbab tidak pernah mensyaratkan seseorang harus bersih dulu hatinya. Kewajiban itu langsung ada begitu seorang wanita muslimah masuk usia akil baligh. Dan satu-satunya tanda bahwa dia sudah wajib memakai jilbab adalah tepat ketika dia mendapat haidh pertama kalinya. Saat itulah dia dianggap oleh Allah SWT sudah waktunya untuk memakai jilbab. Tidak perlu menunggu ini dan itu, karena kewajiban itu sudah langsung dimulai saat itu juga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada anak wanita Abu Bakar ra, Asma' binti Abu Bakar ra.

Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Asma', seorang wanita bila telah haidh maka tidak boleh nampak darinya kecuali ini dan ini. Rasulullah SAW memberi isyarat kepada wajah dan tapak tangannya."


Rasulullah SAW tidak mengatakan bahwa bila sudah bersih hatinya, atau bila sudah baik perilaku atau hal-hal lain, namun secara tegas beliau mengatakan bila sudah mendapat haidh. Artinya bila sudah masuk usia akil baligh, maka wajiblah setiap wanita yang mengaku beragama Islam untuk menutup auratnya. Dan uaratnya itu adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua tapak tangan.

Ketentuan ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang kewajiban memakai kerudung yang dapat menutupi kepala, rambut, leher dan dada.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya... (QS. An-Nur : 31)

Namun bukan berarti kalau sudah pakai kerudung, boleh berhati jahat atau buruk. Tentu saja seorang wanita muslimah harus berhati baik, berakhlaq baik dan berperilaku yang mencerminkan nilai keimanan dirinya. Tapi semua itu bukan syarat untuk wajib pakai jilbab. Sebab keduanya adalah kewajiban yang tidak saling tergantung satu dengan yang lainnya.

Wallahu A'lam Bish-shawab
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc.

Readmore »»

Akhlak Dalam Berwirausaha

Menjadi sukses dalam usahanya adalah dambaan setiap wirausaha atau siapapun yang berniat memulai usaha. Selain tentu harus menguasai bidang usaha secara cakap dan profesional, seorang pebisnis hendknya juga mempunyai akhlaq yang baik. Jadi, tidak semata berorientasi pada profit semata, namun kredibilitas diri haruslah unggul, agar rezeki yang didapatkan betul-betul dijemput dari usaha yang halal, dan menjadi amal shalih bagi kita.

Akhlaq dalam berwirausaha seringkali terlupakan oleh kita, padahal salah satu kunci sukses Rasulullah sebagai pengusaha dizamannya adalah kemuliaan akhlaq beliau. Dengan bekal akhlaq inilah, beliau menarik hati orang yang bertransaksi dengannya. Begitupun hingga saat ini, semua orang pasti senang membeli, berhubungan dengan pedagang atau wirausahawan yang berakhlaq baik.

Untuk itu ada tiga akhlaq utama yang harus dimiliki setiap pengusaha. Pertama, adalah kejujuran. Inilah starting point, modal utama berbisnis. Rasulullah pun demikian. Tidak ada kecurangan atau main-main dalam menjalankan usahanya.

Kedua, kejujuran tentu harus

pula disertai kelemahanlembutan dan keramahan. Agar kelembutan ini ada, haruslah dilatih. Agar muncul dari hati, tidak dibuat-buat demi kepentingan diri semata. Namun terlebih lagi sebagai upaya beramal, beribadah, berbuat baik kepada orang lain. Pun terhadap orang-orang yang bekerja membantu usaha kita. Perlakukan dengan baik, lembut. Tidak ada orang yang suka diperlakukan kasar.

Ketiga, segera luruskan persepsi kita bahwa keuntungan itu tidak saja berupa materi, tapi juga setiap kebaikan yang dapat kita lakukan. Maka, sejak saat ini, gemarlah berbuat kebaikan sekecil apapun. Kepuasan terbesar kita adalah ketika kita dapat membahagiakan orang lain, menguntungkan orang lain. Dan, untuk mulai melatihnya, belajarlah dari tauladan yang diberikan Rasulullah. Betapa beliau luar biasa baiknya, memperlakukan orang lain.

Terakhir, agar usaha yang dijalankan sukses dunia akhirat, teruslah kreatif dan inovatif. Mencari wawasan dan ilmu baru adalah sesuatu yang selalu diupayakan. Ketika kejujuran, keramahan, beramal baik sudah dilakukan, mesti pula dilengkapi dengan peningkatan ilmu agar tetap relevan dan sesuai dengan perubahan zaman. Bukankah perubahan selalu terjadi, kebutuhan setiap orang pasti berganti, maka agar usaha kita tetap bertahan, eksis, teruslah berinovasi.

Mudah-mudahan dengan tiga akhlaq diatas, plus keinginan untuk terus berkembang, usaha kita mampu meraih kesuksesan. Sekaligus, juga menyukseskan orang lain, baik pelanggan kita, pekerja ataupun siapa saja yang mampu kita bantu. Amiin

Oleh : Aa' Gym

Readmore »»

Adakah Perbedaan Mendasar Antara Gerakan Salafi yang Marak Menuduh Sesat Gerakan Islam?

Assalamualaikum 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihihi ajma'in, wa ba'du

Islam adalah agama rahmah atau kasih sayang. Dan disebarkan ke seluruh dunia juga dengan prinsip kasih sayang. Citra Islam yang merupakan agama kasih sayang itu kemudian melekat erat di mata manusia sedunia, sehingga dengan mudah Islam menembus berbagai macam etnis, budaya, suku, ras dan negara.

Berbagai macam perbedaan yang secara fitrah ada di tengah umat manusia bisa diakomodir dengan baik di dalam agama Islam. Asalkan ketika memahami Islam dilakukan dengan cara menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Sehingga wajah asli dari agama Islam ini bisa nampak dengan baik.

Adapun kebiasaan sebagian dari elemen umat yang suka melakukan gaya dakwah dengan cara menyudutkan, mentahzir atau mungkin hingga memaki dan menjelek-jelekkan, rasanya memang kurang mencerminkan cotnoh gaya dakwah Islam yang diperlihatkan oleh Rasulullah SAW. Kalau hanya sekedar menunjukkan kesalahan atau kekurangan pihak lain, siapapun bisa dengan mudah melakukannya. Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana pesan dakwah itu bisa sampai engan baik dan sempurna, tanpa harus membuat objek dakwah itu merasa dipojokkan, dipersalahkan dan dipermalukan.

Pendekatan yang seharusnya dilakukan adalah pendekatan yang seandainya kita sendiri yang dikoreksi, kita pun masih tetap akan merasa nyaman. Tidak merasa sakit hati apalagi

sampai merasa dihina. Beliau SAW adalah tipe seorang da'i sejati yang punya segudang kesabaran, ulet, tidak lekas naik pitam dan masih mampu tersenyum meski dihina dan diejek. Sebaliknya, kita tidak pernah mendengar beliau memaki-maki atau menghina kaumnya, apalagi menguliti aibnya satu persatu di depan publik. Demi Allah, sikap seperti itu belum pernah dilakukan oleh beliau.

Dengan kelembutan hati dan kesabaran beliau, hati seorang Umar bisa luluh dan jatuh bersimpuh ke haribaan Islam. Demikian juga yang terjadi pada para pembesar Quraisy lainnya. Satu per satu akhirnya mereka bisa menggapai hidayah, karena hati mereka semakin tentram dan damai selama bersinggungan dengan dakwah nabi. Tidak ada yang merasa disakiti hatinya, karena dakwah nabi SAW itu mengajak bukan mengejek, memotivasi bukan menghakimi.

Agaknya, kita semua perlu meresapi kembali teladan yang telah dipraktekkan langsung oleh Rasulullah SAW, agar wajah Islam bisa dipandang dengan lebih akrab, menyentuh kalbu dan simpatik.

Sedangkan bila kita masih menyaksikan sebagian dari saudara kita yang kurang meresapi gaya dakwah Rasulullah SAW ini, kita harus bersabar dan memaklumi. Tidak perlu menanggapinya dengan emosi atau sakit hati. Barangkali niat mereka baik, hanya saja cara-cara yang mereka lakukan masih perlu disempurnakan. Tidak salah kalau kita justru mendekati dan membangun tali silaturrahmi dengan mereka. Barangkali benar pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Barangkali kalau kita datang bersilaturrahmi, mendekati dengan simpati dan meningkatkan nilai ukhuwah sesama muslim, salah prasangka dan kecurigaan yang selama ini akan berkurang. Insya Allah kita tidak akan terlalu mudah untuk membuka kekurangan atau aib sesama saudara kita sendiri di hadapan umum, karena hubungan yang mesra yang sudah terjalin sebelumnya. Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujurat: 12)

Kita pun tahu bahwa masing-masing elemen umat Islam punya kelebihan dan kekurangan sekaligus. Ada yang punya konsentrasi kuat pada masalah pembersihan aqidah. Ada yang punya kemampuan lebih dalam bidang syariah, politik, ekonomi, budaya dan lain-lainnya. Alangkah indahnya bila masing-masing kita saling berkolaborasi dan bersinergi. Yang satu saling melengkapi kekurangan yang lain dengan sepenuh kemesraan. Agar lahir umat yang kuat dan berwibawa sebagaimana kita dambakan bersama. Dan kita menjauhi prasangka yang hanya akan melahirkan dosa. Juga menjauhhi dari sikap untuk mencari-cari keburukan atau menggunjingkan sesama saudara sendiri. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat: 13)

Semoga Allah SWT menghimpun hati kita dalam cinta kasih dan ketaatan kepada-Nya dan melanggengkan cinta kasih di antara sesama muslim dalam ikatan yang kuat. Serta memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya. Amien Ya Rabbal Alamin.

Wallahu A'lam Bish-Showab,
Wassalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

Readmore »»
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template