Friday, July 18, 2008

Bagaimana Agar Istiqomah Di Jalan Allah?

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Saya terpikir untuk poting tentang hal ini karena kemaren melihat teman yang dulunya gigih berjuang di jalan Allah, mengamalkan tuntunan, kini mulai terlihat berkurang.
Jujur, hati saya begitu miris melihat kenyataan ini. orang yang dulunya cukup saya segani karena kepribadiannya yang mantap dalam mengamalkan perintah Allah, kini sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi pemuda dan pemudi pada umumnya. sebagai teman, Sungguh, sedih sekali rasanya, kenapa bisa seperti ini ?

bismillahirrohmanirrohim...

pembaca yang budiman, sudah menjadi fitrah manusia untuk mendapatkan kebebasan, free, tidak terikat dengan apapun. sudah menjadi fitrah, bahwa manusia diberikan nafsu dan akal fikiran. sudah menjadi fitrah manusia, bahwa manusia akan condong menuruti hawa nafsu. dan sudah menjadi fitrah bahwa hawa nafsu cenderung ke arah syaitan, kecuali nafsu yang mendapat rahmat dari Allah SWT.

syaitan, adalah musuh manusia yang nyata, yang akan terus menggoda manusia hingga hari kiamat. dan tingkat kesuksesan syaitan juga tinggi, karena penghuni neraka akan jauh lebih banyak dari penghuni surga.

syaitan tak akan henti-hentinya melancarkan tipu daya hingga seorang anak manusia itu terjebak ke dalam lubang kenistaan.

Solusi!!!!!!!

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa terus berada di jalan Allah?

Salah satunya adalah dengan berada di dalam JAMAAH. Dengan jamaah kita akan saling menjaga dan dijaga, agar tidak menyimpang dari jalanNya.


Karena bahwasanya Syeitan akan menjerumuskan manusia yang terpisah dari jamaahnya, sebagaimana serigala memangsa domba yang terpisah dari kelompoknya.

Jadi agar kita bisa istiqomah di jalan Allah, maka kita tidak boleh terpisah dari jamaah, kita harus sering mengikuti hal-hal semacam pengajian, kegiatan-kegiatan penguat iman, dan bekerja di dalam jamaah, atau yang lebih dikenal dengan amal jama'i. silakan search di google untuk lebih jelas tentang amal jama'i.

Kita harus pandai-pandai mencari lingkungan bergaul, carilah sahabat yang sholeh, yang bisa mengingatkan kita ketika khilaf, dan memberi dukungan ketika benar.

Jauhi kesendirian yang berlebihan karena ia bisa melalaikan, jauhi hal-hal yang dapat mencemar hati walaupun sedikit, jauhi hal-hal yang kurang bermanfaat, carilah kesibukan yang bermanfaat.

Sudahkan kita berada dalam jamaah?
Jika belum bagaimana selama ini kita menjaga kualitas iman kita?
sudahkan kita secara rutin menyiram hati ini dengan siraman islami?

Ya Allah, bukalah pintu hidayah kepada mereka yang dulunya gigih berjuang di jalanMu namun kini mulai lemah, dan kepada mereka yang belum berjuang di jalanMu.

ya Allah Mantapkanlah hati ini dalam melaksanakan larangan dan perintahmu..

Hati layaknya lebaran yang sangat tipis yang sangat mudah tercemar. hati juga sangat mudah untuk terbolak balik, iman kadang naik kadang turun. bahkan ada sahabat yang pernah berkata, aku lelah sekali mengurusi hatiku, karena seringnya ia bolak balik.

Semoga bermanfaat untuk kita semua, semoga kita selalu ikhlas, cerdas, istiqomah, serta tawakkal atas semua yang kita lakukan demi tegaknya agama Allah di Muka bumi.

wallahu'alam

Readmore »»

1 jawaban atas 3 pertanyaan

Sumber : Milis Geram06
Pengirim : fachrie_230389@yahoo.co.id

Tersebutlah seorang santri yang sangat cerdas dan sangat luas pengetahuannya. Ia sudah lama tinggal di pondok pesantren tempat ia menimba ilmu.

Hingga pada suatu hari ia menyelesaikan pendidikannya di ponpes tersebut dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke Amerika. Banyak sekali hal-hal baru yang ia dapatkan selama disana.

Sepulangnya dari menempuh pendidikan di negeri orang, Ia pun pulang ke kampung halaman dengan penuh rasa bangga. Ternyata, keberadaannya yang cukup lama di Amerika telah mempengaruhi kualitas akhlaqnya. Ia menjadi angkuh dan gaya bicaranya pun sudah dicampuri dengan bahasa Inggris dan kata-kata ilmiah (tujuannya supaya orang menjadi kagum pada dirinya atas kepandaiannya) .

Beberapa hari di rumah, ia pun merasa bosan, dan akhirnya memutuskan untuk mengunjungi pondok pesantren tempat ia menimba ilmu dahulu. Setibanya disana, ia langsung mengunjungi rumah seorang kiyai yang dulu adalah gurunya.

"Assalaamu'alaykum, kiyai", ucapnya.

"Wa'alaykumussalaam nak. Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan kita bertemu", jawab pak kiyai.

Dengan nada yang sedikit angkuh, ia berkata kepada pak kiyai,"Pak kiyai, saya memiliki 3 buah pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada pak kiyai. Tapi saya ragu pak kiyai mampu menjawabnya, sebab pertanyaan ini sangat sulit, bahkan beberapa profesor yang saya tanyakanpun tidak mampu menjawabnya. "

"Insya Allah saya akan coba jawab semampu saya", jawab kiyai.

Lalu sang santri pun berkata,"Pertanyaan pertama, jika Allah itu benar2 ada, tunjukkan kepada saya wujud Allah. Kedua, apa itu takdir?. dan yang ketiga, Kita tahu bahwa syaithan itu diciptakan dari api, tapi mengapa Allah menghukum mereka juga dengan api? bukankah itu tidak akan menyakiti mereka.


Belum kering bibir sang santri, tiba-tiba sang kiyai langsung MENAMPAR pipi sang santri.

Dengan sangat terkejut, santri itu bertanya,"Kenapa pak kiyai menampar pipi saya?".....

Sang kiyai pun langsung dengan tegas menjawab, "Apa yang kamu rasakan setelah saya menampar pipimu?, sakit bukan?".

"Tentu saja kiyai", jawab sang santri lirih.

"Kamu percaya kalau rasa sakit itu ada?", tanya kiyai.

"Iya, saya percaya", jawab sang santri.

"Nah, coba tunjukkan kepada saya rasa sakit itu !", tambah kiyai.

"nnngggggg.. .......", sang santri tidak bisa berkata apa-apa.

"Itu jawaban untuk pertanyaan pertama", tambah kiyai.

"Lalu, apakah kamu pernah bermimpi atau membayangkan kalau kamu akan
saya tampar hari ini?", tanya sang kiyai lagi.

"Tidak kiyai," jawab sang santri.

"Nah, itu jawaban pertanyaan kedua", kata kiyai.

"Nak, kamu pasti tahu kalau tangan yang saya pakai untuk menamparmu
tadi terbuat dari TANAH", sang kiyai berkata kembali.

"Tentu dari tanah, kiyai", jawab sang santri sekali lagi.

"Dan saya tanya sekali lagi, pipimu yang saya tampar tadi terbuat dari
apa?", sang kiayi balik bertanya lagi.

"mmmm.... dari tanah juga", jawab sang santri untuk ke sekian kali.

"Nak, itulah jawaban untuk pertanyaan yang ketiga", sang kiyai
menyudahi pertanyaannya.

Akhirnya sang santri itupun tersadarkan kembali akan kesombongannya
selama ini.

************ *TAMAT*** ********* *


Readmore »»

Ciri-ciri Kedewasaan

Ciri Kedewasaan

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Semoga Allah yang Mengenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah dibalik kejadian apapun yang menimpa dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita.

Saudaraku yang baik, ciri khas umat Dewasa diawali dengan

1. Diam Aktif
yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu dikomentari.

Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari.,ketika dia melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari, ketika menonton televisi misalnya ; komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton . Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan (tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan
pintu hikmah kepada Allah, Subhanalloh.

Ketika menyaksikan demonstrasi dia bertafakur.. 'beginilah kalau negara belum matang, setiap waktu demo, kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan-ternyata sangat mudah menghina, mencaci, dan memaki itu' Seseorang yang pribadinya matang dan dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya,makin terkendali Insya Allah akan semakin
matang.

2. Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba perasaan orang lain, orang yang
bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa.


Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan merabaperasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa,bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar
overtime ? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime ? semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana.

Semakin orang bisa meraba penderitaan orang lain Insya Allah akan semakin bijak. Percayalah tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.

3. hati-hati (Wara'), dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu ; tiap detik, tiap tutur kata, dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap. Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan mengambil keputusan. Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa (wara') dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan,mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh.

4. kesabarannya (sabar), kita ambil contoh ; didalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ? karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap, stabil, Amanah dan bertanggung jawab.

Wallahu'alam bish showab (am)

Readmore »»

Kematian

Assalamu'alaykum warohmatullah wabarokatuh

Pembaca budiman, setiap makhluk pasti punya batas kehidupan. setiap manusia pasti merasakan yang namanya mati.

Saat ini mungkin kita telah mengarungi hidup selama 1/8,1/6,1/4,1/2,atau bahkan 1 abad. Tapi apakah segala perbuatan yang telah kita lakukan selama ini mampu menyelamatkan kita dari siksa Allah di hari pembalasan nanti?

Umur umat Muhammad tidak akan jauh berbeda dari umur Rasulullah SAW, ini sesuai dengan Sabda Beliau, bahwa Umur Umatku tidak akan jauh berbeda dengan Umurku. Jadi kalau Nabi Muhammad meninggal di Usia 65 tahun, berarti umur kita juga berkisar 65 tahun. Jika demikian, berapakah sisa umur kita sekarang?
Kalau ada yang melebihi 65 tahun, berarti itu bonus dari Allah SWT yang seharusnya digunakan sebaik2nya.

jika cerita tentang kematian, saya sempat mendengarkan ceramah tentang sakitnya saat roh di cabut dari jasad. Pernah seorang yang sangat sholeh pada zaman nabi Isa telah meninggal 100 tahun, kemudian dibangkitkan nabi Isa dengan izin Allah SWT. Lalu bertanya nabi isa, bagaimana rasanya saat rohmu dicabut dari jasad? Kemudian jawab orang tersebut : "Aku telah meninggal 100 tahun, namun sakitnya masih terasa sampai saat ini". Bayangkan teman-teman, seorang yang sangat sholeh saja, sakitnya seperti itu, apalagi kita? manusia yang masih jauh dari sholeh? Bergelimang Dosa? Bagaimana Sakitnya Nanti? Na'uzubillahiminzalik....


Bahkan ada juga diceritakan bahwa sakitnya saat roh dicabut seperti dikuliti hidup-hidup... na'uzubillah...Astaghfirullah...Astaghfirullah...Astaghfirullah...

Kalau Nabi, sewaktu Akan Meninggal,Datang Malaikat Jibril dan Izrail, Kemudian Jibril memberi tahu bahwa Izrail ada di luar meminta izin untuk mencabut nyawa Rosul. Kemudian Jibril berkata, kalau engkau ingin diminta penangguhan akan matimu, maka aku akan berdo'a kepada Allah supaya Allah menangguhkannya, Tapi Nabi menolak, dan menyuruh Izrail masuk dan mencabut nyawanya.

Nah kalau kita? apakah malaikat minta izin dulu sewaktu mau mencabut nyawa kita? atau malaikat menanyakan apakah kita minta penangguhan supaya bisa bertobat dulu? tidak bukan? Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri mulai dari dahulu, sejak akil baligh, mempersiapkan amal sebanyak-banyaknya, karena kita tidak tahu kapan ajal itu datang menjemput?

Ada saudara kita yang meninggal saat berzina, ada yang meninggal dalam keadaan mabuk, ada yang meninggal dalam keadaan syirik, dan lain sebagainya. Na'uzubillah..

Ingatlah, kematian itu pasti datang, bahkan ibaratnya JIKA AJALNYA ADA DI LUAR RUMAH, SEDANGKAN IA SEDANG DI DALAM RUMAH, MAKA IA AKAN KELUAR MENUJU AJALNYA TERSEBUT.

Semoga kita menjadi orang yang selalu ingat akan kematian, tetapi tidak takut akan kematian itu.

wallahu'alam

wassalamu'alaykum.

Readmore »»

Monday, July 14, 2008

Ruginya Kalau Mudah Tersinggung

Bismillahirrohmaanirrohim
Assalamu'alaykum warohmatullaah wabarokatuh

Apa kabar anda hari ini wahai pembaca budiman?

Di kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman pribadi saya. Sesuai titlenya, yaitu tentang ruginya kalau mudah tersinggung.

Latar belakang atas penulisan postingan ini adalah karena ingin memberikan gambaran betapa rugi punya sifat mudah tersinggung berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.

Lets Start...

Dari kecil saya sudah dikenal dengan sifat yang mudah tersinggung dan suka ngambek (bahasa melayunya merajuk). kalo ada yang ngejek, ato kadang keinginan saya tidak diikuti, saya suka ngambek.
Sifat ini terus ada dalam diri saya sampai SMA, saya tahu karena ada teman yang memberi tahu, saat saya minta menyebutkan sifat jelek saya.
Sampai SMA, saya masih suka ngambek sama teman-teman saya, terutama teman-teman cewek. Saya juga heran, kenapa saya se-sensitif itu ya?? kalo uda ngambek, ga mau ngomong, ketemu jadi salah tingkah, kalo ada keperluan susah, pokoknya susah dah..

Beberapa hal yang sangat merugikan yang saya rasakan dengan punya sifat ini antara lain :
1. capek, karena sibuk ngurus hati, dikit-dikit sakit hati, dikit-dikit sakit hati.
2. silaturahmi kurang baik, dengan sering sakit hati dan ngambek dengan orang lain, membuat hubungan silaturahmi jadi turun naik, kadang baik, kadang ngga', dan bahayanya lagi kalo sampai terputus, na'uzubillahiminzalik...
3. rugi waktu, karena sakit hati butuh waktu tidak sebentar untuk ngilangin sakitnya,

sementara dalam masa sakit hati, biasanya orang tersebut tidak produktif.
4. teman-teman jadi takut akrab dengan kita, karena takut kita tersinggung, jadi mereka bergaul sekenanya saja.
5. tambah dosa, karena biasanya kalo lagi sakit hati dengan seseorang maka prasangka dan pikiran buruk datang untuk menyalahkan orang lain tersebut. pokoknya tambah sakit kalo liat orang itu senang, banyak teman, dapat kemudahan, dapat rezeki, dll.
6. menghambat proses kedewasaan, baik dalam berfikir, bertutur dan bertindak, karena orang yang mudah tersinggung kurang jernih dalam berfikir, kurang objektif apabila tersinggung.
7. dan banyak lagi lainnya, silakan pembaca bisa menambahkan kerugian yang lain...

INTINYA : OBATI PENYAKIT MUDAH TERSINGGUNG SEKARANG !!!!!
Belajarlah untuk mengerti dan memahami orang lain, belajar untuk mengalah, belajar untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan.

Salah satu cara yang paling efektif adalah berfikir positif. Jika merasa perkataan atau perlakuan orang terhadap kita kurang baik, husnuzonlah, bisa saja dia khilaf, bisa saja kita yang salah persepsi, bisa saja dia sedang bercanda, bisa saja dia bermaksud baik mengingatkan kita, dan pikiran positif lainnya.

Kalaupun dia salah, belajarlah berbesar hati untuk memaafkan. Ingatlah kembali, bahwa dia hanya manusia biasa yang pasti berbuat kesalahan. Berbesarhatilah untuk mengambil pelajaran dari setiap kesalahan orang lain, untuk jadi referensi perbuatan kita selanjutnya. Jika tidak ada orang khilaf, maka mungkin kita tidak tau mana perbuatan yang kurang pantas untuk dilakukan.

Belajarlah etika dalam bergaul, agar nantinya kita bisa diterima dengan baik oleh semua orang.

Jangan sampai hati dan fikiran kita dimanipulasi oleh syetan.
Perubahan butuh perjuangan, Mulailah dari sekarang..

wallahu'alam

Readmore »»

Saturday, July 12, 2008

PRIORITAS AMALAN HATI ATAS AMALAN ANGGOTA BADAN

DI ANTARA amalan yang sangat dianjurkan menurut pertimbangan agama ialah amalan batiniah yang dilakukan oleh hati manusia. Ia lebih diutamakan daripada amalan lahiriah yang dilakukan oleh anggota badan, dengan beberapa alasan.

Pertama, karena sesungguhnya amalan yang lahiriah itu tidak akan diterima oleh Allah SWT selama tidak disertai dengan amalan batin yang merupakan dasar bagi diterimanya amalan lahiriah itu, yaitu niat; sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw:

"Sesungguhnya amal perbuatan itu harus disertai denganniat." 32

Arti niat ini ialah niat yang terlepas dari cinta diri dan dunia. Niat yang murni untuk Allah SWT. Dia tidak akan menerima amalan seseorang kecuali amalan itu murni untuk-Nya; sebagaimana difirmankan-Nya:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus..." (al-Bayyinah: 5)

Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang murni, yang dilakukan hanya untuk-Nya."33

Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT berfirman,

"Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya." 34

Kedua, karena hati merupakan hakikat manusia, sekaligus menjadi poros kebaikan dan kerusakannya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya Nabi saw bersabda,

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati."35

Nabi saw. menjelaskan bahwasanya hati merupakan titik pusat pandangan Allah, dan perbuatan yang dilakukan oleh hatilah yang diakui (dihargai/dinilai) oleh-Nya. Karenanya, Allah hanya melihat hati seseorang, bila bersih niatnya, maka Allah akan menerima amalnya: dan bila kotor hatinya (niatnya tidak benar), maka otomatis amalnya akan ditolak Allah, sebagaimana disabdakan oleh baginda,

"Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu." 36

Yang dimaksudkan di sini ialah diterima dan diperhatikannya amalan tersebut.

Al-Qur'an menjelaskan bahwasanya keselamatan di akhirat kelak, dan perolehan surga di sana, hanya dapat dicapai oleh orang yang hatinya bersih dari kemusyrikan, kemunafikan dan penyakit-penyakit hati yang menghancurkan. Yaitu orang yang hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang Dia firmankan melalui lidah nabi-Nya, Ibrahim al-Khalil a.s.

"Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (as-Syu'ara': 87-89)

"Dan didekatlah surga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat." (Qaf: 31-33)

Keselamatan dari kehinaan pada hari kiamat kelak hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih. Dan surga hanya diberikan kepada orang yang datang kepada Tuhannya dengan hati yang pasrah.

Taqwa kepada Allah --yang merupakan wasiat bagi orang-orang terdahulu dan yang terkemudian, merupakan dasar perbuatan yangutama, kebajikan, kebaikan di dunia dan akhirat-- pada hakikat dan intinya merupakan persoalan hati. Oleh karena itu Nabi saw bersabda, "Taqwa itu ada di sini," sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali. Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke dadanya agar dapat dipahami oleh akal dan jiwa manusia.

Sehubungan dengan hal ini, al-Qur'an memberi isyarat bahwa ketaqwaan itu dilakukan oleh hati manusia:

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati." (al-Hajj: 32)

Semua tingkah laku dan perbuatan yang mulia, serta tingkatan amalan rabbaniyah yang menjadi perhatian para ahli suluk dan tasawuf, serta para penganjur pendidikan ruhaniah, merupakan perkara-perkara yang berkaitan dengan hati; seperti menjauhi dunia, memberi perhatian yang lebih kepada akhirat, keikhlasan kepada Allah, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakkal kepada Allah, mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada siksaan-Nya, mensyukuri nikmatNya, bersabar atas bencana, ridha terhadap ketentuan-Nya, selalu mengingat-Nya, mengawasi diri sendiri... dan lain-lain. Perkara-perkara ini merupakan inti dan ruh agama, sehingga barangsiapa yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya maka dia akan merugi sendiri, dan juga rugi dari segi agamanya.


Siapa yang mensia-siakan umurnya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa

Anas meriwayatkan dari Nabi saw,

"Tiga hal yang bila siapapun berada di dalamnya, maka dia dapat menemukan manisnya rasa iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; hendaknya ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka." 37

"Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya, serta manusia seluruhnya." 38

Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi saw, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?" Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?" Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak shalat dan puasa, serta shadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah saw kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai."39

Hadits ini dikuatkan oleh hadits Abu Musa bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi saw, "Ada seseorang yang mencintai kaum Muslimin, tetapi dia tidak termasuk mereka." Nabi saw menjawab, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai."40

Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah, serta cinta kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh merupakan cara pendekatan yang paling baik kepada Allah SWT; walaupun tidak disertai dengan tambahan shalat, puasa dan shadaqah.

Hal ini tidak lain adalah karena cinta yang murni merupakan salah satu amalan hati, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

Atas dasar itulah beberapa ulama besar berkata,

"Aku cinta kepada orang-orang shaleh walaupun aku tidak termasuk golongan mereka."

"Aku berharap hahwa aku bisa mendapatkan syafaat (ilmu, dan kebaikan) dari mereka."

"Aku tidak suka terhadap barang-barang maksiat, walaupun aku sama maksiatnya dengan barang-barang itu. "

Cinta kepada Allah, benci karena Allah merupakan salah satu bagian dari iman, dan keduanya merupakan amalan hati manusia.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

"Barangsiapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya."41

"Ikatan iman yang paling kuat ialah berwala' karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah SWT." 42

Oleh sebab itu, kami sangat heran terhadap konsentrasi yang diberikan oleh sebagian pemeluk agama, khususnya para dai' yang menganjurkan amalan dan adab sopan santun yang berkaitan dengan perkara-perkara lahiriah lebih banyak daripada perkara-perkara batiniah; yang memperhatikan bentuk luar lebih banyak daripada intinya; misalnya memendekkan pakaian, memotong kumis dan memanjangkan jenggot, bentuk hijab wanita, hitungan anak tangga mimbar, cara meletakkan kedua tangan atau kaki ketika shalat, dan perkara-perkara lain yang berkaitan dengan bentuk luar lebih banyak daripada yang berkaitan dengan inti dan ruhnya. Perkara-perkara ini, bagaimanapun, tidak begitu diberi prioritas dalam agama ini.

Saya sendiri memperhatikan --dengan amat menyayangkan-- bahwa banyak sekali orang-orang yang menekankan kepada bentuk lahiriah ini dan hal-hal yang serupa dengannya --Saya tidak berkata mereka semuanya-- mereka begitu mementingkan hal tersebut dan melupakan hal-hal lain yang jauh lebih penting dan lebih dahsyat pengaruhnya. Seperti berbuat baik kepada kedua orangtua, silaturahim, menyampaikan amanat, memelihara hak orang lain, bekerja yang baik, dan memberikan hak kepada orang yang harus memilikinya, kasih-sayang terhadap makhluk Allah, apalagi terhadap yang lemah, menjauhi hal-hal yang jelas diharamkan, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman di dalam kitab-Nya, di awal surah al-Anfal, awal surah al-Mu'minun, akhir surah al-Furqan, dan lain-lain.

Saya tertarik dengan perkataan yang diucapkan oleh saudara kita, seorang dai' Muslim, Dr. Hassan Hathout yang tinggal di Amerika, yang sangat tidak suka kepada sebagian saudara kita yang begitu ketat dan kaku dalam menerapkan hukum Islam yang berkaitan dengan daging halal yang telah disembelih menurut aturan syariat. Mereka begitu ketat meneliti daging-daging tersebut apakah ada kemungkinan bahwa daging tersebut tercampur dengan daging atau lemak babi, walaupun persentasenya hanya sebesar satu persen, atau seperseribunya; tetapi dalam masa yang sama dia tidak memperhatikan bahwa dia memakan bangkai saudaranya setiap hari beberapa kali (dengan fitnah dan mengumpat/ghibah), sehingga saudaranya dapat menjadi sasaran syubhat dan tuduhan, atau dia sendiri yang menciptakan tuduhan-tuduhan tersebut.

Fiqih Prioritas Yusuf Al Qardhawi

Readmore »»

Apakah neraka telah berpenghuni?

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh..

Sebuah cerita menarik lagi, yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh saya. Ada sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang remaja, saat acara mabit di Masjid Al Hikmah Telkom Divre 3 Bandung...

waktu itu pengisi tausiyahnya merupakan salah seorang dosen di UIN, setelah selesai memberikan tausiyah, tibalah sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan waktu itu, tapi dari beberapa pertanyaan tersebut ada yang menarik bagi saya. Kelihatan sederhana, tapi dalam.

Kira-kira begini dialognya :
Penanya : "Ustadz, saya mau nanya, sebenarnya uda lama ada unek-unek ni, tentang neraka dan surga, kita kan diajarin bahwa alur kehidupan mulai dari di dunia, terus mati, alam kubur, alam barzah, dst, baru nanti masuk neraka atau surga...
Nah, tapi di qur'an koq ada cerita bahwa nabi pernah melihat neraka, terus diceritain tentang penghuni neraka gitu? sebenarnya yang benar yang mana? kok tiba-tiba uda ada penghuninya? kiamat aja belum?"

begitu kira-kira pertanyaan yang diajukan si penanya? waktu itu saya merenung, kenapa saya tidak pernah terpikirkan pertanyaan seperti ini ya? apalagi mengerti jawabannya.

Dan beginilah jawaban ustadz tersebut :
"Untuk masalah itu, ada teori yang berkembang, dan masih terus dikembangkan, dari beberapa kitab tafsir, menjelaskan bahwa ternyata ada kehidupan lain, ada manusia-manusia lain, sebelum manusia seperti sekarang ini diciptakan oleh Allah SWT, singkatnya seperti itu, karena kalau secara rinci butuh lebih dari 1 semester untuk menjelaskannya.."

Pertanyaan tersebut sama seperti pertanyaan, "Kok nabi adam di turunkan ke bumi gara-gara membuat kesalahan? bukannya di surga kita bebas melakukan apa saja tanpa ada dosa lagi?"

Untuk pertanyaan tersebut, ternyata teorinya seperti ini:
Bahwa surga yang tempat nabi adam pertama diturunkan bukanlah surga tempat kita nanti dikembalikan, surga yang dimaksud adalah sebuah taman di atas bumi (atau di langit,klo ga salah).

Begitu kira-kira beberapa pertanyaan yang kelihatan sederhana, tapi sangat dalam, jauh dari pemikiran kita.

Wallahu'alam


Readmore »»

Ahli Sunnah Wal Jamaah

Assalamualaikum 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihihi ajma'in, wa ba'du

Istilah Ahlussunnah wal jamaah pada hari ini memang sering kali dipahami dengan cara yang kurang tepat oleh sebagian umat Islam. Padahal istilah Ahlussunnah wal jamaah adalah istilah yang telah disebutkan sejak masa Rasulullah SAW sebagai golongan yang selamat dalam aqidahnya. Sebagaimana kita dapatkan dalam hadits beliau:

Dari Muawiyah bin Abi Sufyan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Umat sebelummu dari ahli kitab terpecah menjadi 72 millah (aliran). Dan agama ini (Islam) terpecah menjadi 73. 72 diantaranya di neraka dan satu di surga. Yaitu Al-Jamaah." (HR Abu Daud)

Dalam kitab syarah (penjelasan) Sunan Abi Daud yaitu kitab Aunul Ma'bud disebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-jamaah adalah ahli Al-Quran Al-Kariem, ahli hadits, ahli fiqih dan ahli ilmu yang bergabung untuk mengikuti Rasulullah SAW dalam segala halnya. Mereka tidak membuat-buat bid’ah yang merusak, merubah atau membawa pendapat yang rusak.

Seolah-olah Rasulullah SAW sudah mengisyaratkan akan ada beberapa alur akidah yang menyimpang dari apa yang beliau ajarkan, sehingga beliau mewanti-wanti ummatnya agar tepat berpegang kepada ahlussunnah wal jamaah.

Ahlussunnah wal jamaah yang dimaksud oleh beliau tentu bukanlah nama dari sebuah organisasi baik berbentuk ormas atau orsospol. Juga bukan nama sebuah jamaah, kelompok, pengajian, perhimpunan atau forum sebagaimana yang kita sering dapati penggunaannya oleh beragam kelompok.

Istilah ahlisunnah wal jamaah digunakan oleh Rasulullah SAW untuk menyebutkan semua umat Islam yang secara aqidah berpegang teguh kepada apa yang beliau ajarkan (sunnah) serta yang diajarkan oleh para shahabat beliau (jamaah). Jadi apapun nama organisasi atau partainya, asalkan pemahaman aqidahnya sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW (yang diajarkan beliau) dan jamaah (apa yang diajarkan oleh para shahabat beliau), maka mereka semua adalah ahlus sunnah wal jamaah.


Maka nama-nama yang anda sebutkan seperti Muhammadiyah, Persis, Ahmadiyah, LDII, Islam Jamaat, Khurij dan ribuan nama lainnya bisa dikatakan sebagai ahlussunnah wal jamaah manakala mereka memiliki prinsip aqidah yang seusai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya. Sebaliknya, bila mereka mengajarkan aqidah yang menyimpang dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya, maka pada titik penyimpangan itu mereka bukanlah bagian dari ahlussunnah wal jamaah.

Misalnya, bila ada di antara jutaan organisasi itu yang mengingkari Allah SWT sebagai tuhan dengan segala nama dan sifat-Nya, atau mengingkari kenabian Muhammad, atau mengatakan adanya nabi sepeninggal beliau, atau mengingkari kebenaran Al-Quran dan hadits, atau mengingkari adanya hari kiamat, atau mengingkari keberadaan surga dan neraka, qadha dan qadar serta apa-apa yang Allah SWT tegaskan dalam kitab-Nya, maka itu adalah penyimpangan aqidah.


Mahzab Fiqih

Sedangkan di dalam aqidah umat Islam yang ahli sunnah wal jamaah ini, mungkin saja ada perbedaan teknis dalam masalah tata cara ibadah. Perbedaan ini sangat logis, wajar dan mungkin terjadi. Bahkan sudah terjadi sejak nabi Muhammad SAW masih hidup di antara para shahabatnya. Untuk itu lalu para ulama membuat metologi dalam memahami nash Quran dan Sunnah serta membuatkan 'jalan' bagi mereka yang ingin mendapatkan kesimpulan hukum dari sumber-sumber ajaran Islam itu. Jalan inilah yang kita sebut dengan mazhab fiqih. Adapaun bila metodologi yang berkembang berbeda-beda, adalah hal yang amat wajar sekali. Karena memang syariat Islam memberikan ruang untuk berijtihad di dalamnya.

Di antara contohnya adalah adanya perbedaan dalam masalah hukum qunut dalam shalat shubuh, jumlah bilangan rakaat tarawih, bacaan ushalli, zikir dengan suara keras dan berjamaah serta lain-lainnya. Semua itu adalah perbedaan yang bersifat fiqhiyah, bukan dalam hal aqidah. Jadi mereka yang berbeda pendapat dalam masalah itu sebenarnya tetap sama-sama termasuk bagian dari ahli sunnah wal jamaah juga.

Sedangkan yang dianggap keluar dari aqidah ahli sunnah misalnya bila punya pandangan bahwa semua agama sama, atau bahwa pemeluk agama selain Islam juga bisa masuk surga, atau pandangan bahwa hukum Islam itu tidak wajib diterapkan, memisahkan antara agama dengan kehidupan dunia dan pemikiran sesat lainnya. Semua ini termasuk paham sesat yang bisa mengeluarkan seseorang dari barisan ahli sunnah wal jamaah.

Semoga Allah menetapkan hati kita di atas nikmat hidayah yang telah dianugerahi kepada kita, Amien.

Wallahu A'lam Bish-Showab,
Wassalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

Readmore »»

Mungkin Kita Belum Dewasa

Kok belum datang juga, ya? Saya yakin, pertanyaan itu banyak melingkupi para akhwat yang resah menanti jodoh. Kenapa saya hanya menyebut para akhwat? Jelas. Karena dalam masyarakat kita masih ada pandangan bahwa akhwat hanya boleh menunggu dan ikhwan lah yang memulai. Jadi, kalau ikhwan merasa sudah siap untuk menikah atau sudah menemukan pasangan hidup yang diinginkannya, ia tinggal mengajukan proposal. Hasilnya bagaimana, itu tergantung nanti. Yang penting kan akhwatnya sudah tahu kalau ada ikhwan yang mau serius dengannya. Bagaimana dengan akhwat? Memang ada yang bilang kalau akhwat pun boleh mengajukan proposal duluan, tapi adakah akhwat berani yang mau? Mungkin ada, tapi hanya satu dalam seribu. Sangat jarang lah akhwat yang mau mengajukan proposal duluan. Harga diri, tentu menjadi pertimbangan. Karena memang sangat jarang akhwat yang seperti Khadijah, bukan?

Kita lupakan saja soal itu. Sekarang yang menjadi soal adalah kenapa jodoh belum datang juga? Sewaktu saya masih di daerah dulu (di luar Jakarta), pikiran saya memang sangat naif. Saya pikir, seorang akhwat yang sudah lulus kuliah pasti akan langsung dilamar. Kenyataannya memang begitu. Banyak teman-teman dekat saya yang baru saja diwisuda sibuk mempertimbangkan lamaran yang datang. Ternyata tidak juga. Begitu saya kembali ke Jakarta, alangkah terkejutnya saya menemukan banyak akhwat yang sudah lama lulus dari kuliah, sudah bekerja dan sudah sangat siap menikah (dilihat dari umur) ternyata masih melajang. Tidak tanggung-tanggung usia mereka berkisar 28-30 tahun ke atas. Fenomena macam apa ini? Kalau di daerah, tentu saya akan sulit menemukan akhwat berusia di atas 28 masih melajang. Saya juga tidak tahu kenapa.

Ada teman saya yang bilang bahwa Allah akan memberikan kita jodoh kalau Dia menilai kita sudah dewasa. Saya tidak tahu teman saya itu mendapatkan sumber dari mana. Tapi ada benarnya juga. Saya bertanya kepadanya, definisi dewasa yang seperti apa? Teman saya mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu. Hanya Allah yang tahu. Pokoknya kalau Allah menganggap kita sudah dewasa, dia akan mempertemukan kita dengan jodoh kita. Begitu. Hmm, lalu saya mengamati seorang akhwat yang saya lihat sangat dewasa. Dia kalem, lembut dan sabar menghadapi binaan. Sepertinya dia sangat-sangat dewasa. Tapi kok dia belum menikah juga ya? Padahal dia sudah sekitar lima tahunan lulus dari kuliah. Lalu, apa yang kurang darinya? Lagi-lagi hanya Allah yang tahu.


Sekitar setahun kemudian baru saya tahu jawabnya. Akhwat itu akhirnya menikah, tapi pernikahannya ini sempat membuat kawan terdekatnya geleng-geleng kepala. Biasanya orang yang mau menikah itu (apalagi akhwat) dipusingkan oleh, apakah saya bisa menjadi istri yang baik? Apakah saya bisa patuh kepada suami? Apakah saya bisa menyenangkan suami? Apakah saya bisa menyelesaikan konflik dalam rumah tangga? Dan lain-lain. Tapi akhwat ini berbeda. Ia malah memusingkan segala pernak-pernik pernikahan yang harus berwarna biru, karena biru adalah warna kesukaannya. Saya jadi berpikir. Mungkin benar Allah baru memberinya jodoh sekarang. Lima tahun lalu, mungkin dia malah lebih tidak dewasa seperti sekarang. Allahu a’lam.

Satu contoh lain yang kembali membuat saya berpikir. Kali ini tentang seorang ikhwan yang sudah berumur di atas 30. Sudah seharusnya ia segera menikah, bukan? Dan biasanya orang yang sudah berusia di atas 30 tahun itu pemikirannya lebih matang sehingga tidak terlalu memikirkan hal-hal yang sepele dalam memilih calon pendamping. Tetapi ikhwan ini masih menyebutkan satu syarat sepele yang harus dipenuhi akhwat yang akan menjadi pendamping hidupnya. Akhwat itu harus berkulit putih! Berkulit putih? Tidak salah memang. Tapi apakah hanya akhwat yang berkulit putih saja yang cantik? Akhwat berkulit hitam pun banyak yang cantik. Dan jangan salah. Artis India itu kebanyakan berkulit hitam manis, Bung! So what?

Coba tanyakan kepada adik/keponakan/ siapa saja yang masih ABG di sekitar Anda. Seperti apa pacar yang diinginkannya? Mereka pasti akan menjawab: cakep (cantik), kaya, beken, pinter dan semua hal-hal duniawi lainnya.

Bandingkan dengan Anda. Apakah Anda masih memakai standar itu dalam memilih pendamping? Berarti pikiran Anda masih seperti adik/keponakan/ orang-orang yang ada di sekitar Anda yang masih ABG, bukan? Memang tidak salahnya kita memilih pendamping hidup seperti standar di atas. Agama baik, tapi status, fisik dan keturunan juga harus baik, dong. But, kita juga harus menilai diri kita sendiri. Intinya: berpijak pada realita lah! Apakah kita memang secantik Aisyah sehingga kita berhak mendapatkan Muhammad? Kalau iya, okeylah. Kalau tidak? Maka kita hanya seperti anak-anak belasan tahun yang hidup di dunia mimpi. Kembalilah kepada niat: untuk apa kita menikah. Itu saja.

Akhirnya, saya jadi tahu kenapa ikhwah (akhwat-ikhwan) di daerah lebih cepat menikah daripada di Jakarta. Karena memang ikhwah di daerah tidak begitu pemilih. Berkali-kali saya dihentakkan dengan berita seorang ikhwan yang melamar seorang akhwat yang berusia empat sampai lima tahun di atasnya. Padahal masih banyak akhwat yang lebih muda dan lebih cantik yang bisa ia pilih. Atau seorang akhwat yang rela menikah dengan seorang ikhwan yang belum berpenghasilan tetap. Pada akhirnya Allah jua yang mempermudah jalan mereka. Setelah menikah, bertubi-tubi tawaran bekerja datang kepada ikhwan yang telah menjadi suaminya itu. Subhanallah!

Apa yang saya sebutkan di atas hanyalah contoh kasus. Saya yakin di Jakarta pun banyak ikhwah yang berpikir dewasa sehingga ia mudah mendapatkan pasangan hidup. Saya sudah menemukannya, tapi memang saya lebih banyak menemukan yang masih lajang pada usia di atas 25 tahun. Dan di daerah pun ada ikhwah yang belum juga menikah padahal usianya terus menanjak. Entah apakah karena ia belum dewasa atau karena hal lain. Tapi saya yakin, orang di daerah itu memang lebih dewasa karena pikiran mereka masih sederhana. Saya jadi ingin kembali ke daerah biar cepat dapat jodoh. Atau mungkin kita memang harus menjadi dewasa dulu agar cepat mendapatkan jodoh?

Alia Hana
[alia_hana@telkom.net]

Readmore »»

Sadarkah Kita?

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu kedepan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita. Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata, 2 telinga tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.

Readmore »»

Surga Itu Ada Di Indonesia...

Assalamu'alaykum warohmatullah wabarokatuh..

Saat Geladi (Semacam Kerja Praktek) di TELKOM Divre 3 Bandung, hari jum'at saya mengikuti sholat jum'at di Masjid Al Hikmah di telkom tersebut. Pada awalnya sedikit ngantuk dengar khotbah, tapi tak lama kemudian kepala jadi tegak, karena isi khotbahnya menarik...

sebenarnya banyak sekali isi dari khotbah tersebut yang sangat bermanfaat buat kita, tapi saya mencuplik satu potongan isi khotbah yang menurut saya menarik untuk kita ketahui...

langsung aja...

Khatib (kira2 bergini):
"Suatu saat saya diundang untuk mengikuti pelatihan metode penyampaian bahasa arab di Madinah, pesertanya cukup ramai dari berbagai negara. Suatu saat, saya dipanggil seorang Syeikh, dia bertanya
Syeikh : "Anda Indonesia?"
khatib : "Ya, saya Indonesia"
Syeikh : "Seandainya anda tahu, bahwa surga Allah di dunia itu ada di Indonesia"
Syeikh : "Tapi orang Indonesia itu bodoh, tidak mau diberi surga dari Allah"
Syeikh : "Negara yang paling kaya alamnya adalah Indonesia tapi sayang pemimpinnya tidak bagus"
Syeikh : "Masjid terbanyak ada di Indonesia, tapi Masjid yang paling banyak kosong juga di Indonesia"
Syeikh : "Muslim terbanyak ada di Indonesia, tapi Muslim yang terbanyak mengumbar aurat juga di Indonesia"

Demikianlah kurang lebih percakapan antara Si Khotib dengan si Syeikh...

wallahu'alam apakah itu benar atau ngenyek kata si khotib, tapi itu bisa jadi bahan introspeksi bagi kita rakyat Indonesia...

Apakah benar kita sebodoh apa yang dikatakan Syeikh tersebut, sehingga sampai-sampai menolak surga dari Allah?

Wallahu'alam..


Readmore »»
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template